Pilot Lion Air, Mahlup Gozali: Saya Sudah Berusaha Membatalkan Pendaratan

Edisi: 09/42 / Tanggal : 2013-05-05 / Halaman : 132 / Rubrik : WAW / Penulis : Agoeng Wijaya, ,


SEJAK memutuskan menjadi pilot pada medio 1980-an, Mahlup Gozali sadar betul musibah akan senantiasa mengintai. Bahkan belakangan bapak lima anak ini menanggalkan lisensinya sebagai instruktur penerbang. Selain untuk mengurangi kesibukan, ada kekhawatiran karena banyaknya kecelakaan pesawat latih yang selalu menewaskan pelatih dan siswanya. \"Berbeda rasanya terbang bersama calon pilot yang belum qualified,\" katanya.

Siapa menyangka musibah itu akhirnya datang juga, meski ia menumpangi pesawat gres bersama kopilot terlatih. Sabtu tiga pekan lalu, sekitar pukul 15.10 waktu Indonesia tengah, pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-960 yang dikemudikannya jatuh ke laut sesaat sebelum mencapai Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Denpasar. Gozali masih beruntung. Semua penumpang dan kru pesawat lolos dari maut.

Toh, Gozali belum bisa bernapas lega. Sebagai kapten namanya kini disorot. Banyak kalangan menduga kecelakaan tersebut disebabkan oleh kelalaiannya. Apalagi pesawat Boeing 737-800 NG yang nahas itu tergolong canggih di kelasnya dan baru sebulan beroperasi. Hingga kini Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih menyelidiki penyebab kecelakaan ini.

Rabu pekan lalu, wartawan Tempo Agoeng Wijaya menemui Gozali di Tangerang City Mall, Banten. Pagi itu dia baru selesai berlatih di salah satu pusat kebugaran langganannya. Dia tak mau menduga-duga penyebab kecelakaan yang dialaminya. \"Karena itu kewenangan KNKT,\" katanya. Didampingi istrinya, Gozali dengan santai menceritakan kronologi sebelum pesawat seharga US$ 80-an juta itu nyemplung ke laut. Sepanjang wawancara, dia sulit mengalihkan pandangan dari layar telepon selulernya. \"Saya harus selalu stand-by dari panggilan kantor.\"

Jadi, berapa kali Anda menggelar acara syukuran setelah kejadian tiga pekan lalu itu?

Tiga kali. Pertama kali bersama anak yatim-piatu dari sebuah yayasan. Kedua dengan keluarga besar. Dan terakhir bersama majelis taklim tempat saya dan istri biasa mengikuti pengajian. Saya betul-betul merasa Tuhan melindungi saya dalam kejadian ini. Jika melihat kerusakan pesawat, orang mungkin tidak akan percaya saya masih bisa selamat.

Apakah Anda tidak mengalami trauma?

Tidak. Kejadian itu pada Sabtu sore. Keesokan harinya, Minggu sore, saya sudah ada di rumah Jakarta. Lalu Senin pagi saya sudah menyetir mobil untuk pergi ke rumah orang tua. Tidak ada masalah pada mental saya.

Apakah bayangan kejadian itu terbawa ke dalam mimpi Anda?

Tidak juga. Bukannya saya menyepele­kan kejadian ini, tapi bagi saya musibah ini biasa…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…