Profesor Yohanes Surya, Phd: Tidak Ada Anak Bodoh

Edisi: 13/42 / Tanggal : 2013-06-02 / Halaman : 124 / Rubrik : WAW / Penulis : Qaris Tajudin, Agoeng Wijaya,


Surya sengaja tak mau lagi ambil pusing dengan urusan kurikulum pendidikan. Baginya, persoalan utama yang harus segera diselesaikan negeri ini agar bisa maju adalah menghasilkan guru yang baik dan metode pengajaran yang tepat. Mengapa? \"Tidak ada anak yang bodoh,\" katanya. Prob­lem yang kerap muncul adalah cara pengajaran yang salah atau kemampuan guru yang kurang.

Kini, setelah membuktikan pendapatnya tersebut, Surya semakin \"liar\" mengembangkan mimpinya: mengantarkan Indonesia menjadi negara nomor satu dunia pada 2045. Dia tak sembarangan mencanangkan target tersebut. Sebagai langkah awal, kata dia, visi Indonesia jaya pada 2030 harus terwujud, yaitu putra-putri Indonesia menguasai berbagai bidang yang dibutuhkan untuk masa depan.

Itulah sebabnya, mulai tahun ini, setelah malang-melintang sebagai pengajar—bahkan menjadi rektor—di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta, Surya memutuskan mendirikan sendiri universitas yang berfokus melakukan riset. \"Indonesia perlu memperbanyak hasil riset agar dapat menguasai masa depan,\" ujarnya. \"Saya memutuskan bergerilya sendiri karena banyak yang menganggap saya terlalu nekat.\" Ia juga membawa puluhan anak SD Papua ke Jakarta untuk dididik sains selama setahun.

Selasa pekan lalu, Surya menerima wartawan Tempo Qaris Tajudin dan Agoeng Wijaya serta fotografer Aditya Noviansyah di Surya Research Education Centre, Serpong, Tangerang, Banten. Pagi itu, gedung empat tingkat yang didirikan Surya dua tahun lalu tersebut riuh-rendah oleh anak-anak asal Papua yang sebagian riang bermain bola. Di sudut-sudut gedung, anak-anak dewasa yang juga dari Papua sibuk bercengkerama dengan kawannya sambil memangku laptop. \"Anda lihat mereka, anak Jakarta sekarang keder kalau lihat mereka ikut olimpiade sains,\" kata Surya di ujung wawancara.

Dua pekan lalu anak-anak yang Anda latih di Tim Olimpiade Fisika Indonesia kembali merajai Asian Physics Olympiad ke-14. Apa sebenarnya kuncinya?

Kami ingin bilang tidak ada yang tidak mungkin. Saya yakin tidak ada anak yang bodoh. Kuncinya adalah guru yang baik dan metode yang tepat.

Apakah artinya semua anak bisa menjadi juara?

Ya. Sudah sepuluh tahun kami membuktikannya, bahkan anak-anak yang dianggap paling bodoh oleh pengajar di Papua bisa berprestasi di tingkat dunia.

Mengapa sekarang ini Anda berfokus mendidik anak-anak Papua?

Semuanya berawal pada 2002, ketika saya coba-coba menantang Kepala Dinas Pendidikan di Papua agar mengizinkan saya melatih anak didik mereka. Setahun saya latih, tim Papua menempati peringkat ke-8 dari sebelumnya ke-31 dalam Olimpiade Sains Nasional. Tapi kerja sama ini, entah kenapa, kemudian terputus.

Tapi kami melihat sekarang mereka justru memenuhi gedung megah Anda ini….

Ya. Pada 2008, saya…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…