KETUA TIM REKONSILIASI KONFLIK SYIAH-SUNNI SAMPANG, ABDUL A\'LA: Ujung-Ujungnya, Pemerintah yang Menentukan

Edisi: 26/42 / Tanggal : 2013-09-01 / Halaman : 116 / Rubrik : WAW / Penulis : Agus Supriyanto, Kukuh S. Wibowo, Arief Rizqi Hidayat


Tragedi itu pecah di Sampang, Madura, tepat setahun lalu. Sebagian penduduk membakar rumah-rumah penganut Syiah, lalu mengusir penghuninya. Satu nyawa sampai melayang dalam peristiwa tersebut. Kekerasan kembali melanda pada Juni lalu—membikin kisah kaum Syiah Sampang mirip \"cerita bersambung\" dengan akhir memilukan: ada kekerasan, pembakaran, pengusiran.

Pasca-bentrokan berdarah pada 26 Agustus 2012, misalnya, mereka terpaksa meninggalkan rumah yang hangus dibakar massa. Alih-alih kembali ke rumah pada pertengahan Juni lalu, mereka kembali terusir setelah ribuan warga memenuhi halaman Gedung Olahraga Wijaya Kusuma, Sampang—tempat mereka mengungsi sembilan bulan terakhir. Penduduk kota memaksa mereka angkat kaki dari Madura. Dengan dalih mencegah kerusuhan lebih besar, pemerintah daerah Sampang memindahkan pengikut Syiah ke rumah susun Puspo Agro di Sidoarjo, Jawa Timur.

Kini konflik bernuansa agama itu memasuki babak baru. Pemerintah membentuk tim rekonsiliasi. Abdul A\'la, Rektor Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, menjadi ketua tim. Tujuannya: mempertemukan pengikut Syiah di pengungsian dengan warga di Sampang. Proses rekonsiliasi ini, mengutip Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, akan membicarakan dua opsi: memulangkan warga Syiah ke Sampang atau merelokasi mereka.

Pernah menjadi anggota tim pemulihan pasca-kerusuhan antar-etnis Dayak dan Madura di Kalimantan Tengah pada 2001, A\'la menilai tugas baru ini tidak gampang. \"Ini bukan hanya masalah agama, melainkan sosial, ekonomi, dan pendidikan masyarakat,\" kata guru besar sejarah perkembangan pemikiran Islam ini. \"Pada faktor sosial, ada persoalan keluarga yang tidak rukun,\" A\'la menambahkan.

Keluarga yang dimaksud adalah Tajul Muluk dan Roies Alhukama. Dua saudara sekandung ini adalah putra seorang tokoh berpengaruh di Kecamatan Omben, Kiai Haji Makmun. Keduanya semula sama-sama penyebar ajaran Syiah. Belakangan, Roies kembali ke Sunni dan berbalik memusuhi kakaknya.

Kompleksnya persoalan bisa terlihat, antara lain, dari melesetnya target yang diharapkan Presiden Yudhoyono, yakni memulangkan warga Syiah sebelum Lebaran—bahkan untuk sekadar mudik—tahun ini. Belakangan, sebagian ulama di Badan Silaturahmi Ulama Pesantren Madura (Bassra) sempat menyatakan akan menerima pemulangan para korban ke kampung halaman, asalkan mereka bersedia bertobat.

Di tengah kesibukannya menangani forum rekonsiliasi, Abdul A\'la memberi wawancara khusus ini kepada wartawan Tempo…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…