Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan: Pertamina Dan Pgn Harus Berbagi Kesakitan
Edisi: 38/42 / Tanggal : 2013-11-24 / Halaman : 284 / Rubrik : WAW / Penulis : Heru Triyono, Ananda Putri, Purwani Diyah Prabandari,
Hari masih pagi benar saat Dahlan Iskan meluncur ke kantornya di kawasan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Rambutnya basah oleh keringat seusai senam di Lapangan Monas, Jakarta Pusat. Kegiatan itu sudah dia lakukan selama dua tahun terakhir: memulai hari dengan olahraga senam. Bergegas membersihkan diri, dia menyanyikan dengan riang salah satu pengiring senamnya: Di Reject Aja. Barangkali ada ilham memancar dari lagu dangdut itu. Kini, Menteri Badan Usaha Milik Negara itu sedang mengkaji kemungkinan me-reject salah satu dari dua perusahaan pelat merah: PT Pertamina atau PT Perusahaan Gas Negaraââ¬âlantaran kasus persinggungan (cross section) pipa gas dan kebijakan open access.
Mantan wartawan ini masih harus memikirkan akuisisi PT Inalum yang berbuntut ancaman Nippon Asahan Aluminium Co Ltdââ¬âyang berniat menyeret perkara ini ke Arbitrase Internasional. Dahlan, kini 62 tahun, mengakui mengurus 142 badan usaha milik negara bukanlah hal mudah.
Dibalut kemeja putih dengan lengan digulung, Dahlan menerima wartawan Tempo, Heru Triyono, Ananda Putri, dan Purwani Diyah Prabandari, pada Selasa pekan lalu. Perbincangan berlangsung di ruang kerjanya di lantai 19. Sambil sarapan bubur gandum, ia menuangkan Lung Chingââ¬âteh hijau dari Hangzhou, Cinaââ¬âuntuk Tempo, lalu meladeni wawancara selama satu jam lebih.
Apa yang akan Anda lakukan dalam masalah persinggungan (cross section) pipa gas PT Pertamina dengan PT Perusahaan Gas Negara?
Akan saya panggil direktur masing-masing (Karen Agustiawan dan Hendi Prio Santoso) minggu ini. Saya minta keduanya didampingi tenaga teknik lapangan. Saya akan diam untuk mendengarkan penjelasan mereka. Setelah itu, akan diputuskan seadil mungkin. Saya putuskan begini, maka harus dituruti. Kalau tidak dituruti, kita berhentikan.
Mungkinkah dalam hearing itu Anda bisa langsung mengambil kesimpulan terbaik?
Tidak akan saya paksakan. Akan saya pakai plan C: pipa itu nanti akan dipisah menjadi anak perusahaan, yang sahamnya dipegang PGN (Perusahaan Gas Negara) dan Pertamina. Dengan demikian, anak perusahaan itu yang berjalan. Artinya, aset pipa masing-masing dilepas, kemudian diberikan ke anak perusahaan itu.
Kalau mereka tetap tidak mau?
Berhentikan! (gebrak meja) Memangnya ini milik neneknya apa!
Anda kecewa terhadap konflik ini?
Saya menghargai kengototan direksi masing-masing. Ya, direksi harus begitu, harus membela perusahaannya mati-matian. Saya tidak marah. Tapi tetap harus ada kompromi.
Kompromi seperti apa?
Kompromi dalam bisnis: sharing pain dan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…