Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Papua Hantu Laut Kwatisore

Edisi: 38/42 / Tanggal : 2013-11-24 / Halaman : 130 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : Wahyuana Wardoyo, ,


DUA jam menembus ombak Teluk Cenderawasih, pada tengah hari kapal kami—saya dan fotografer Ruly Kesuma—sampai di Resor Kali Lemon, Desa Kwatisore, Kabupaten Nabire, Papua. Sepi. Tak ada sinyal telepon. Seperti kembali ke peradaban silam. Sesekali ada suara burung, anjing liar, desir angin, dan raungan tonggeret. Seekor elang dan rombongan rangkong terbang berpindah dari satu pohon ke pohon lain ketika kami datang, pertengahan Oktober lalu.

Taman Nasional Teluk Cenderawasih adalah taman nasional perairan laut terluas di Indonesia. Ada 150 jenis terumbu karang yang tersebar di tepian 18 pulau besar dan kecil. Koleksi ikannya juga mengagumkan. Lebih dari 200 jenis ikan menjadi penghuni setia kawasan ini. Kekayaan "hutan" bawah laut itulah yang mengundang wisatawan ke sini. Namun, dari sekian banyak jenis ikan di sana, yang sangat ingin kami jumpai adalah ikan hantu.

"Empat hantu Kwatisore sudah menunggu di bagan sejak pagi," ujar Yance Henawi, pemandu selam Kali Lemon. Hantu Kwatisore adalah sebutan untuk hiu paus (Rhincodon typus). Masyarakat Kwatisore memang biasa menyebut hiu paus sebagai hiniotanibre (ikan hantu). "Nelayan lokal menyebutnya ikan hantu karena kerap tiba-tiba muncul di samping perahu dan menggesek-gesekkan tubuhnya ke badan perahu," ujar Ben Gurion Saroy, Kepala Taman Nasional Teluk Cenderawasih, otoritas wilayah laut Kwatisore.

Ikan terbesar di dunia ini memang terlihat menakutkan seperti hantu. Tubuhnya bisa mencapai sembilan ton dengan panjang 10 meter. Nelayan lain di Indonesia bagian timur menyebutnya gurano bintang (hiu bertotol) karena kulitnya bertotol.

Menurut Yance yang asli Kwatisore, masyarakat desa percaya ikan hantu adalah hewan adat. Di Desa Kwatisore, terdapat situs Bukit Batu Meja, yakni bukit setinggi 200 meter yang di atasnya terdapat batu besar berbentuk meja. Dari sana, Kwatisore tampak seperti ekor hiu paus. "Bentuk pulau yang seperti ekor hiu paus membuat kami percaya Kwatisore memang rumah tinggal mereka. Kami dilarang mengkonsumsinya," ujar Yance saat kami berada di atas bagan, rumah dengan jaring terapung di tengah laut yang digunakan nelayan untuk menjaring ikan.

Di bawah bagan itu, hiu paus berkeliaran berburu ikan teri yang tertangkap di jaring-jaring nelayan. Terdengar bunyi ngosh-ngosh-ngosh dari mulut-mulut hiu paus yang menghisap jaring-jaring ikan. Empat hiu paus berwarna keabu-abuan dengan totol-totol putih di sekujur tubuhnya itu memiliki panjang 4-7 meter. Berat mereka diperkirakan 2-3 ton.

Bulu kuduk saya berdiri. Ini pertama kalinya saya melihat ikan raksasa terbesar di bumi. Bagi penyelam, bertemu dengan hiu paus adalah mimpi indah. Mimpi itu saya peroleh di Kwatisore.

Mulut hiu paus menyeringai menakutkan. Namun badannya yang bergerak pelan membuatnya terlihat menggemaskan. "Sepanjang tidak diganggu, mereka tidak berbahaya. Jangan menyelam dekat ekor, bisa kena kibasan ketika mereka bergerak. Juga jangan membawa bunyi-bunyian, pendengarannya sensitif," ujar Bram Muaranaya, yang sejak 2006 sudah melayani wisata selam hiu paus di Kwatisore.

Peralatan selam pun disiapkan. "Ini penyelaman tanpa dasar, buoyancy (kemampuan mengapung) harus bagus," kata Rudy Setiawan, dive master. Peringatan yang membuat saya grogi. Biasa menyelam di kedalaman 20-35 meter, kini harus menyelam di lautan dengan kedalaman 50-100 meter. Jantung saya berdegup.

Dengan backroll, saya turun dari kapal. Sialan, arus laut rupanya sedang deras. Setiap hari mencoba mendekat ke hiu paus, saya selalu terseret menjauh. Pada penyelaman kedua, situasi lebih tenang. Saya menyelam di kedalaman tiga meter dan memilih berpegangan pada salah satu tiang bagan. Posisi ini membuat saya leluasa memotret dan mengamati gerak-gerik ikan dari jarak dekat.

Kali ini ada empat ekor hiu paus. Yang terbesar panjangnya enam meter, terkecil tiga meter. Menurut teori, anak hiu paus biasanya lahir berukuran 80 sentimeter dan setiap tahun rata-rata bertambah panjang 20 sentimeter. Saya perkirakan umur mereka 20-26 tahun.

Mulut hiu paus lebar dan mampu mengisap segala benda. Setelah berhasil mendekatinya, saya meletakkan kepalan tangan di samping mulut. Wow..., daya sedotnya luar biasa kuat. Apa saja benda di sekitar mulut akan diisap tanpa ampun. "Jika merasa yang terisap itu bukan makanannya, biasanya akan disemburkan lagi," ujar…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…