PROSESI PASKAH , FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR Lamentasi Maria

Edisi: 38/42 / Tanggal : 2013-11-24 / Halaman : 210 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : Seno Joko Suyono, ,


MATANYA sedikit sembap. Ada codet luka menggores mukanya. Dari jidat kanan, codet itu menggurat pojok alis, melewati bagian pipi hingga ke dagu kiri. Membuat rautnya seperti hendak retak. Bibirnya agak menguncup. Hidungnya bangir. Bintik noda kecokelatan tersebar di pipi dan dahi.

Inilah wajah Maria Dolorosa, Bunda Berdukacita, junjungan Kota Larantuka, Flores Timur. Ada keanggunan dalam wajah itu: paras seorang perempuan pedesaan bersahaja Eropa. Air mukanya sendu, betul-betul berduka. Seluruh air matanya seolah-olah baru saja tumpah dan kelopak matanya, andai bisa kita usap, masih kita rasakan basah. Sorot matanya nanar. Tatapannya kosong.

Apalagi hanya muka dan telapak tangan kanan yang terlihat. Jubah bersulamkan ornamen kembang-kembang putih keperakan membungkus seluruh tubuhnya setinggi satu setengah meter. Cara jubah menyelimutinya juga demikian membersitkan pancaran kesedihan. Yang ditangkupkan ke tubuhnya seolah-olah bukan sebuah mantel, melainkan selubung untuk meredam perasaan kehilangan. Kita tak tahu apakah tubuhnya juga telah rusak di dalam.

Asal-usul patung itu masih misterius. Dari mana dan kapan sampai ke Larantuka—ibu kota Kabupaten Flores Timur—tak ada yang tahu pasti. Ada yang mengatakan Maria terdampar di Pantai Ae Kongga. Kapal Portugis abad ke-16 memang banyak yang karam di perairan Pulau Flores. Mungkin, dari sekian kapal yang kandas, ada barang yang terapung—dan salah satunya patung Maria tersebut.

Kalau benar begitu, codet yang membelah pipinya itu bisa jadi lantaran patung tersebut diempaskan gelombang atau terbentur-bentur karang tajam. Kisah lain, tiba-tiba saja patung Maria tersebut muncul tergeletak di pantai jauh sebelum kedatangan para misionaris Portugis.

Patung Maria Dolorosa dianggap amat keramat oleh warga Larantuka. Ia jantung-hati orang Larantuka, pancaran rohani mereka. Sekali setahun pada Pekan Suci Paskah (Semana Santa), ia dikeluarkan dari Kapel Tuan Ma—tempat penyimpanannya. Oktober 2010, ada perayaan pesta lima abad patung itu. Saat Maria hendak diusung ke Katedral Larantuka, terjadi polemik. Sebagian warga takut karena memunculkan Bunda Dukacita di luar Paskah melanggar tradisi atau tidak.

Patung Maria Dolorosa itu maka adalah devosi langka. Di mana-mana di belahan dunia, selama Paskah selalu diwarnai prosesi yang kebanyakan adalah arak-arakan Yesus memanggul salib. Boleh dibilang tradisi mengarak patung Maria berduka tersebut hanya ada di Larantuka. Kota ini tercemplung dalam genangan lamentasi pada hari Jumat Agung—saat perarakan Maria Dolorosa. Seluruh kota seolah-olah terisap ke dalam rasa duka yang menggelantung di wajah patung itu.Hawa laut yang berembus di kota kecil itu terasa memilukan. Imaji penderitaan, rasa penyerahan diri, dan kepasrahan kepada "sesuatu yang tak terlihat" bercampur menjadi satu.

JUMAT Suci. Pukul 7 malam. Mulanya di Katedral Larantuka semua orang berkumpul. Maria, yang akan diarak, disandingkan dengan sebuah peti mati. Peti mati ini bagian yang tak terpisahkan darinya. Peti ini pun hanya dikeluarkan sekali setahun. Bedanya adalah tempat penyimpanan. Patung Maria disimpan di lemari jati di belakang altar Kapel Tuan Ma, sedangkan peti mati ini disimpan di Kapel Tuan Ana, yang letaknya di ruas jalan yang sama berjarak satu kilometer.

Warga Larantuka menyebut patung Maria sebagai Tuan Ma dan peti mati itu Tuan Ana. Seperti Maria, peti mati itu misterius. Peti "purbawi" tersebut tak pernah dibuka ratusan tahun. Entah ada apa di dalamnya, tak pernah ada yang tahu. Dari mana peti mati kuno itu berasal, tabu membicarakannya. Ada kepercayaan, siapa berani membuka, ia bakal mati seketika.

Dan pukul 7 malam itu, bila kita datang ke Katedral, jemaat telah mengular di halaman. Mereka membawa lilin. Pakaian mereka hitam-hitam. Baju hitam, selendang hitam. Ibu-ibu berkebaya hitam dengan motif salib hitam. Anda mulai bisa merasakan bagaimana Larantuka terbenam dalam kesyahduan. Suasana mencekam. Darasan doa sahut-menyahut, menyeret Larantuka ke dalam duka.

Pada malam Jumat Suci, bila kita…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…