Maman Imanulhaq Kiai Pro-pluralisme Dari Jatiwangi

Edisi: 04/43 / Tanggal : 2014-03-30 / Halaman : 56 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : TIM LAPSUS, ,


Amuk massa pada Mei 1998 begitu membekas di ingatan -Maman Imanulhaq, 41 tahun. Pendiri dan pengelola Pondok Pesantren Al-Mizan di Desa Ciborelang, Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, ini tidak kuasa mencegah orang-orang di sekitar pondok merusak gereja serta menghancurkan rumah dan toko warga keturunan Cina. Tapi tragedi itu menjadi momentum bagi Al-Mizan, yang meyakini bahwa musuh agama bukan agama lain, melainkan kebodohan.

Sejak itu, pesantren plus yang berawal dari pengajian santri kalong Ath-Thoyyibah ini terbuka bagi perbedaan karena keberagaman adalah anugerah Allah. Kepada para santrinya, -Maman menanamkan nilai-nilai pluralisme dan perdamaian. Tidak hanya melalui proses pendidikan, tapi juga lewat dialog dan seni-budaya. Menurut Maman, berkesenian adalah cara merayakan keberagaman serta mengukuhkan kebersamaan tanpa ada sekat golongan, ras, dan agama.

Walhasil, tiap Sabtu malam diadakan latihan musik, tari, dan menulis. Saban tahun, pada hari jadi pesantren itu, digelar Festival Al-Mizan, yang melibatkan kelompok kesenian, seperti gamelan, sintren, barongsai, bahkan debus. Al-Mizan pun didatangi tokoh nasional dan mancanegara, dari seniman seperti Slank, para menteri, anggota Dewan Perwakilan Daerah, hingga peneliti dan tokoh lintas agama dari Amerika Serikat, Belanda, dan Australia. Mereka ingin melihat suasana pesantren dengan 700 santri dan memiliki…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…