Sepenggal Sumpah dari Rumah Kos

Edisi: 25/43 / Tanggal : 2014-08-24 / Halaman : 74 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : TIM LAPSUS, ,


Seperti rambutnya yang jarang kena sisir, pikiran Muhammad Yamin bercabang-cabang malam itu. Ketika gelap semakin menyelimuti Batavia pada Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928, pikirannya tak bisa berfokus pada pidato pembicara.

Yamin, wakil Perhimpunan Pemuda Sumatera atawa Jong Sumatranen Bond yang menjabat sekretaris sidang, sedang sibuk memikirkan bahasa persatuan. Dalam kongres itu, perwakilan dari sepuluh organisasi pemuda se-Hindia Belanda sepakat tentang identitas tanah air dan kebangsaan. Namun silang pendapat terjadi soal persamaan bahasa.

Sejumlah kubu, termasuk Yamin, telah menginginkan penggunaan bahasa Melayu dalam Kongres Pemuda I, dua tahun sebelumnya. Bahasa Melayu tepatnya Melayu Riau dipilih karena telah menjadi bahasa pergaulan masyarakat pesisir.

Kubu lain menginginkan adanya bahasa Indonesia, seperti yang diutarakan Mohammad Tabrani dari Jong Java dalam kongres pertama. Alasannya: untuk menyamakan "bahasa" dengan "nusa" dan "bangsa" Indonesia. Kubu Yamin menampiknya karena waktu itu belum ada bahasa Indonesia.

"Pak Yamin tidak ingin kongres berakhir tanpa keputusan seperti kongres pertama," ujar Kepala Bagian Koleksi Museum Sumpah Pemuda, Misman, kepada Tempo di kantornya akhir bulan lalu.

Ketika Soenario menyampaikan pidato "Pergerakan Pemuda Indonesia dan Pemuda di Tanah Luaran", tangan Yamin menari di secarik…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…