Menteri Keuangan Chatib Basri: Saya Tidak Menyandera Anggaran Jokowi
Edisi: 27/43 / Tanggal : 2014-09-07 / Halaman : 116 / Rubrik : WAW / Penulis : Heru Triyono, Iqbal Muhtarom, Lazyra Amadea Hidayat
GOOOl!" Pekikan keras dari suara anak laki-laki berusia 8 tahun itu mendadak sontak membuat orang sekitar kaget. Sambil menggoyangkan ke atas tangan kanannya yang terkepal, ia meledek sang ayah, Chatib Basri, yang duduk di sampingnya. "Papa adalah pemain terburuk di FIFA 2014," kata Amartya Chandrapradipta, nama anak itu, kepada ayahnya. Di layar kaca, skor menunjukkan 2-0 untuk Jerman.
Sang ayah, yang memainkan Argentina, cemberut tidak terima. Dia termangu tidak berdaya, sementara kedua matanya menatap kosong ke arah televisi. "Ah, curang kamu," ujar Chatib kepada putra semata wayangnya itu. Ia kesal karena hampir sepanjang laga dikurung. Usaha terakhirnya menghalau bola tendangan jarak dekat Mesut Oezil juga gagal. Skor akhir 3-0 buat Jerman. "Seru mainnya, tapi kalah terus," kata Menteri Keuangan ini.
Rabu malam pekan lalu itu, di rumahnya di kawasan Menteng, Jakarta, Chatib tampak santai dengan kemeja bertangan pendek dan sepatu pantofel. Benar-benar mencirikan dirinya: santai tapi tetap rapi. Ia baru saja pulang dari Dewan Perwakilan Rakyat membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2015 saat menerima kami. "Rapat ditunda (di DPR)," ujarnya kepada Heru Triyono, Iqbal Muhtarom, Lazyra Amadea Hidayat, dan fotografer Aditia Noviansyah dari Tempo.
Sebagaimana diketahui, pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang APBN tahun anggaran 2015 sedang ramai. Chatib kesal terhadap mereka yang menuduh pemerintah saat ini sengaja menjebak pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan sempitnya ruang fiskal di RAPBN 2015. "Menjebak bagaimana? Strukturnya baseline (dasar), bisa diutak-atik," katanya.
Pihak yang menghujaninya dengan kritik mempertanyakan subsidi energi, termasuk bahan bakar minyak di dalamnya, yang terus menggelembung, mencapai Rp 363,5 triliun. Kelangkaan BBM juga terjadi dan telah merambah ke berbagai daerah. Chatib mengirimkan surat ke Pertamina untuk mengunci kuota BBM bersubsidi sebesar 46 juta kiloliter sampai akhir tahun. Sebab, jika volume kuota lewat, tidak ada anggaran tambahan lagi dari pemerintah.
Tuntutan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi pun begitu deras begitu juga yang menolak. Banyak yang menganggap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak menaikkan harga BBM karena tak ingin terlihat buruk di mata rakyat. Padahal, jika dia tidak menaikkannya, beban yang harus ditanggung pemerintah baru akan semakin besar.
***
Kenapa pemerintah Yudhoyono tidak siap menaikkan harga BBM?
Sebetulnya semua perangkat sudah siap.
Tapi pemerintah tidak mau mengambil keputusan strategis selama masa transisi.
Awkward-nya kan di situ. Kalau ingin menaikkan harga BBM, tahun lalu pasti sudah saya naikkan. Bahkan itu saya lakukan pada hari pertama jadi Menteri Keuangan. Masalahnya, kalau pemerintah sekarang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…