Benny, Csis, Dan Teka-teki Beek
Edisi: 32/43 / Tanggal : 2014-10-12 / Halaman : 70 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : TIM LAPSUS, ,
Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, setelah pemakaman Soedjono Hoemardani di Desa Janti, Klaten, Jawa Tengah, pada Maret 1986, Jusuf Wanandi satu pesawat dengan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Jenderal Benny Moerdani. Dalam pesawat milik ABRI yang terbang dari Solo itu juga bergabung Menteri-Sekretaris Negara Moerdiono. Ketiganya duduk meriung mengelilingi sebuah meja kecil. Mereka berbincang.
Di tengah perbincangan, tiba-tiba Moerdiono melontarkan pertanyaan kepada Jusuf Wanandi. "Setelah kedua tokoh besar (Ali Moertopo dan Soedjono Hoemardani) tiada, lantas siapa yang akan menggantikan mereka di CSIS?" Jusuf dengan cepat menanggapi. "Tentu saja Pak Benny! Ia yang paling dekat dengan kami. Dia juga menaruh minat pada masalah-masalah yang kami kaji," kata Jusuf, salah satu pendiri Centre for Strategic and International Studies (CSIS), seraya memandang Benny Moerdani.
Saat itu Benny terdiam. Karena sang Jenderal diam saja, Jusuf dan Moerdiono pun tak melanjutkan perbincangan tentang siapa pengganti Ali (wafat pada 1984) dan Soedjono sebagai pelindung CSIS. "Setelah di Jakarta pun tidak pernah ada tindak lanjut tentang masalah tersebut," ujar Jusuf, 76 tahun, anggota Dewan Penyantun CSIS, di kantornya di Tanah Abang, Jakarta Pusat, pertengahan September lalu.
* * * *
Centre for Strategic and International Studies merupakan lembaga pemikir (think tank) yang didirikan, antara lain, oleh Jusuf Wanandi, Harry Tjan Silalahi, dan Daoed Joesoef pada 1971. Mereka kemudian menggandeng dua tentara asisten pribadi Soeharto, Letnan Jenderal Purnawirawan Ali Moertopo dan Mayor Jenderal Purnawirawan Soedjono Hoemardani. Gagasan mendirikan CSIS muncul setelah Jusuf dan teman-temannya bertemu dengan Soeharto tak lama setelah pelantikannya sebagai Presiden RI kedua pada 1968. Jusuf, saat itu aktivis antikomunis, menawari Soeharto membentuk think tank untuk membantu dia menjalankan pemerintahan baru. Soeharto menyambut gagasan itu.
Sejak itu, diminta atau tidak, Jusuf rutin mengirimkan memo berupa analisis atas berbagai perkembangan politik langsung ke ruang kerja Soeharto melalui Ali dan Soedjono. Sebaliknya, Ali dan Soedjono aktif menimba dan menyumbangkan gagasan dalam pelbagai pertemuan di CSIS. Kebiasaan ini kemudian diteruskan oleh Benny Moerdani.
Memang Benny tak secara resmi menjadi orang CSIS seperti dua seniornya, Ali dan Soedjono. Namun ia sangat dekat dan bersahabat dengan orang-orang di lembaga itu. Benny juga rutin bertemu dengan para pemikir CSIS untuk meminta masukan seputar masalah sosial-politik dalam dan luar negeri.
Kedekatan Benny dengan orang-orang CSIS terjalin sekitar tiga tahun sebelum lembaga itu berdiri. Jusuf berkenalan dengan Benny ketika mereka sama-sama membantu Operasi Khusus Ali Moertopo di Malaysia. Operasi Khusus merupakan pelaksana tugas yang dibentuk Menteri Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani untuk menyelesaikan konfrontasi dengan Malaysia. Tugasnya lebih bergerak pada level politik.
Saat Jusuf dan kawan-kawan mendirikan CSIS, Benny masih bertugas di Korea Selatan. Tapi, bila sedang pulang ke Indonesia, ia secara informal datang ke CSIS. Menurut Jusuf, biasanya sambil menikmati kopi, mereka berdiskusi mengenai Korea Selatan, tempat Benny bertugas saat itu.
Pada 1974, ketika Benny dipanggil pulang Soeharto,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…