Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi: Yang Nakal Harus Pergi

Edisi: 46/43 / Tanggal : 2015-01-18 / Halaman : 100 / Rubrik : WAW / Penulis : Qaris Tajudin, Heru Triyono,


BANYAK yang bertanyatanya saat Amien Sunaryadi diangkat menjadi Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Amien bukanlah orang yang akrab dengan dunia minyak dan gas. Dia bahkan bisa dibilang tidak tahu banyak sektor ini. Sebelum diangkat menjadi Kepala SKK Migas pada November tahun lalu, Amien lebih dikenal lewat sepak terjangnya di Komisi Pemberantasan Korupsi serta sebagai analis dan investigator di perusahaan swasta.

Amien ditunjuk mengepalai SKK Migas untuk meningkatkan kepercayaan publik pada lembaga yang mengatur hulu perminyakan dan gas Indonesia ini. Kepercayaan publik pada lembaga ini memang anjlok setelah penangkapan Kepala SKK Migas sebelumnya, Rudi Rubiandini, pada Agustus 2013. Rudi ditangkap karena diduga mendapatkan suap.

Amien pun gencar "blusukan" untuk belajar dan memetakan masalah di masa awal kepemimpinannya. Kontraktor kontrak kerja sama (KKKS)—perusahaan yang memiliki kontrak kerja dengan SKK Migas, seperti British Petroleum, ENI, Total, dan Chevron—didatangi. "Saya justru kaget, beberapa perusahaan itu baru pertama kali didatangi Kepala SKK Migas," ujarnya.

Dari berbagai pertemuan itu, termasuk dengan perusahaan dalam negeri, seperti Pertamina, Amien mulai memetakan masalah. Salah satu hal yang dia soroti adalah ketidakefisienan dan lambatnya proses administrasi di SKK Migas. Ia yakin, sebagai pengusaha, tak ada perusahaan perminyakan yang ingin menyogok karena itu akan mengurangi keuntungan. Tapi itu kerap mereka lakukan karena lambatnya proses di SKK Migas. Mereka menyogok, terkadang, hanya ingin agar urusannya dipercepat.

Salah satu simpul keterlambatan itu ada pada persetujuan pengajuan anggaran operasional perusahaanperusahaan tersebut. Meski mereka adalah perusahaan swasta, SKK Migas sebagai perwakilan pemerintah wajib menyeleksi pengeluaran dana tersebut karena itu nanti masuk cost recovery, yang berdampak pada bagian yang diterima oleh negara.

Amien menerima Qaris Tajudin, Heru Triyono, dan fotografer Dhemas Reviyanto Atmodjo dari Tempo, Rabu dua pekan lalu, di kantornya di lantai 36 Wisma Mulia, Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Dia enggan menempati kantor Kepala SKK Migas sebelumnya di lantai 40, karena baginya itu terlalu besar dan sepi. Di ruangan yang menghadap jalanan yang lalu lintasnya macet, Amien menggambarkan secara sederhana dan gamblang soal tantangan yang dihadapi dalam membenahi SKK Migas, yang merupakan bidang baru baginya.

Anda ditugasi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said untuk memberantas korupsi di SKK Migas?

Pesan utama Pak Menteri bukan itu. Pesannya adalah mengembalikan kepercayaan publik di industri hulu migas.

Bukankah intinya sama saja? Hilangnya kepercayaan publik kan lantaran Kepala SKK Migas sebelumnya, Rudi Rubiandini, ditangkap oleh KPK karena menerima suap ...

Enggak selalu begitu. Soal korupsi itu salah satunya. Yang saya lihat, dalam bisnis ini, sering kali kepercayaan hilang karena terlalu tingginya ketidakpastian. Misalnya KKKS (perusahaan hulu minyak dan gas) mengajukan usul bujet untuk bekerja, tapi selama setahun tidak disetujui dan tidak ada kejelasan. Mereka jadi tidak percaya kepada kami. Di samping itu, ada faktor tadi itu,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…