Martin Van Bruinessen: Nu Bisa Ikut Kembalikan Pamor Indonesia

Edisi: 23/44 / Tanggal : 2015-08-09 / Halaman : 100 / Rubrik : WAW / Penulis : Isma Savitri, Sunudyantoro,


MUKTAMAR Nahdlatul Ulama ke-33 di Jombang, Jawa Timur, awal Agustus ini, bakal jadi ajang romantisisme bagi Martin van Bruinessen akan kesehariannya di Indonesia pada 1980 dan 1990-an. Sebagai salah satu narasumber diskusi pra-muktamar NU, profesor Utrecht University, Belanda, yang menulis sejumlah buku mengenai Islam di Indonesia ini didapuk untuk berbicara soal quo vadis organisasi ulama yang kini dipimpin KH Said Aqil Siroj itu.

NU, dalam karier Bruinessen sebagai antropolog, punya tempat istimewa. Lebih dari sembilan tahun tinggal di Indonesia, pria yang kini menetap di Belanda ini bergumul dengan sejumlah literatur Islam, diskusi, dan telaah mengenai perkembangan pemikiran di Indonesia. Keseharian itulah yang kemudian menuntun Bruinessen mendalami pemikiran Islam, terutama NU.

Sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan Islam, pesona NU dianggap Bruinessen menarik. Itu karena pemikiran-pemikiran yang tumbuh dan berkembang dalam organisasi Islam terbesar se-Indonesia ini dinilainya dinamis. Baik pada awal ormas tersebut didirikan oleh Kiai Hasyim Asy'ari di Tebuireng maupun tiap mengalami perubahan rezim kekuasaan. Adapun kini, menurut Bruinessen, kondisi ormas yang dinamis, jikapun masih ada, tak lagi dominan di NU.

"Nanti akan kita lihat musyawarah generasi muda di Muktamar NU. Ini sesuatu yang menarik karena mereka umat biasa atau bukan anak kiai, berasal dari lingkungan pesantren, loyal pada tradisi, tapi juga berusaha mengembangkan visi baru yang relevan bagi masa depan Indonesia," kata Bruinessen kepada wartawan Tempo Isma Savitri, Sunudyantoro, dan fotografer Frannoto, yang menemuinya di Jakarta Pusat, Kamis siang pekan lalu.

Pada usia yang hampir masuk kepala tujuh, pria yang lancar berbahasa Indonesia ini tetap terlihat bugar. Bruinessen mengaku masih aktif bolak-balik Utrecht-Istanbul untuk mengajar di sebuah kampus di ibu kota Turki tersebut. Minggu ini, ia terbang ke Indonesia dan tinggal hingga pertengahan Agustus untuk menjadi pembicara di Jombang dan bertemu dengan sejumlah kolega untuk kembali berkutat dalam diskusi-diskusi soal perkembangan Islam di Nusantara.

Menurut Anda, seperti apa idealnya sosok pemimpin NU nanti?

Untuk dewan tanfidz, yang dibutuhkan adalah orang yang bisa bergerak di luar dan punya naluri politik. Itu karena mereka harus jadi perantara antara ormasnya dan wilayah politik serta ekonomi. Orang yang tidak paham politik sama sekali tidak ada gunanya sebagai ketua umum. Tapi selama ini saya lihat NU punya tradisi memiliki ketua umum yang cukup memahami politik.

Jadi, kalau setelah menjadi ketua lalu dilamar jadi wakil presiden, tidak ada persoalan secara organisasi?

Saya merasa, dibanding tentara, lebih baik orang yang punya pengalaman di ormas besar yang jadi politikus. Ormas kan memang tempat untuk belajar proses demokrasi.

Tantangan apa yang mesti dicarikan solusinya oleh Ketua NU periode berikutnya?

Salah seorang calon Ketua NU sering berbicara soal gerakan transnasional. Seperti salafi, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), dan sekarang ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah). HTI punya daya tarik bagi orang NU karena wacananya agak mirip dengan wacana fikih para kiai, seperti halnya PKS (Partai Keadilan Sejahtera) punya daya tarik di kalangan Muhammadiyah karena wacananya. Nah, Hizbut Tahrir punya kepemimpinan internasional yang kita tidak tahu ada di mana—tapi bukan di Indonesia. Saya bisa memahami…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…