Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin : Pemerintah Tunggang-langgang tak Kenal Waktu

Edisi: 33/44 / Tanggal : 2015-10-18 / Halaman : 108 / Rubrik : WAW / Penulis : Tulus Wijanarko, Sunudyantoro, Isma Savitri


Ibadah haji tahun ini menjadi ujian tersendiri bagi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Bagaimana tidak, dua peristiwa besar terjadi di Mekah dan Mina, Arab Saudi, dalam selang waktu berdekatan, yakni peristiwa jatuhnya crane di Masjidil Haram dan tragedi yang terkait dengan lempar jumrah di Mina. Korban meninggal dari jemaah Indonesia seluruhnya lebih dari 100 orang.

Lukman selaku amirul hajj alias pemimpin jemaah haji Indonesia mesti pontang-panting menangani persoalan bersama Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). Terutama terkait dengan peristiwa Mina, politikus Partai Persatuan Pembangunan itu mesti berjibaku dalam proses mencari dan mengidentifikasi korban. Beban pemerintah masih ditambah karena ada desakan publik yang menuntut urusan ini lekas dituntaskan.

Padahal, kata Lukman, proses identifikasi korban tidak gampang. Ini karena otoritas setempat punya aturan main sendiri yang membuat pemerintah negara lain, termasuk Indonesia, tak bisa sembarangan blusukan mencari informasi.

Toh, Lukman berusaha cuek menerima tumpukan protes masyarakat tersebut. "Saya selalu bilang ke teman-teman PPIH, kita terima saja kritiknya. Ini tahadduts binni'mah (menganggapnya nikmat)," ujar Lukman saat menerima wartawan Tempo Tulus Wijanarko, Sunudyantoro, Isma Savitri, videografer Denny Sugiharto, dan fotografer Frannoto di ruang kerjanya di kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Rabu siang pekan lalu.

Lukman mengklaim pemerintah Indonesia tergolong lebih tanggap dibanding negara lain. Apalagi hingga kini bahkan Arab Saudi juga belum mempublikasikan detail tragedi Mina berikut jumlah korban meninggal.

* * *

Bagaimana perkembangan terakhir penelusuran jemaah Indonesia korban tragedi Mina?

Sampai sore ini, ada 120 korban peristiwa Mina (dari Indonesia) yang teridentifikasi wafat. Lalu yang di rumah sakit masih ada 5 orang dan yang belum kembali 8 orang.

Apa tantangan yang dihadapi pemerintah dalam identifikasi korban di Mina?

Setelah membahasnya dalam rapat, kami memilih untuk menyebut kejadian itu sebagai peristiwa Mina agar lebih netral. Kami, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji, baru kali ini mengalami dan menangani peristiwa seperti yang terjadi di Mina. Tapi kami punya pengalaman menangani jatuhnya crane di Masjidil Haram. Jadi dari situlah kami belajar manajemen krisis dan lainnya.

Peristiwa Mina menjadi tak mudah kami tangani karena Arab Saudi tidak pernah memberikan informasi resmi soal apa yang terjadi: itu peristiwa apa, juga berapa jumlah dan asal negara korban. Jadi praktis, sampai hari ini, PPIH sendiri yang melakukan identifikasi, verifikasi, dan sebagainya. Saya dan rombongan amirul hajj alhamdulillah tinggal di Daker (Kantor Urusan Haji Daerah Kerja) Mekah, sehingga memudahkan rapat organisasi.

Seperti apa situasi di Daker ketika terjadi peristiwa Mina?

Kejadiannya pukul 07.30 waktu setempat pada 24 September 2015. Itu terjadi setelah kami wukuf di Arafah. Setelah wukuf, kami mabit (bermalam) di Muzdalifah, lalu setelah subuh menjalani tawaf ifadah dan sa'i. Saya kembali ke Wisma Daker pukul 8 pagi, dalam kondisi capek sekali, sampai akhirnya tidur pukul 08.30 di lantai 1 Daker. Sekitar pukul 11.15, antara sadar dan enggak, terdengar telepon saya berdering berkali-kali. Ternyata dari Pak Jamil (Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Abdul Jamil), yang sampai 13 kali menelepon. Dia lalu menjelaskan baru saja terjadi peristiwa luar biasa di Mina.

Ketika itu Dirjen sudah tahu ada anggota jemaah Indonesia jadi korban?

Belum tahu. Kata Pak Jamil, tim sedang menuju lapangan. Saya bilang tunggu 10 menit, saya siap-siap dulu. Saat telepon, saya masih riyep-riyep. Ya sudah, saya segera mandi dan turun ke bawah.

Kami serba bingung apa yang harus dilakukan. Akhirnya kami minta petugas yang ada di dekat lokasi merapat ke tempat kejadian mencari informasi. Ternyata, pukul 11.30, lokasinya sudah disterilisasi dengan police line. Semula kami akan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…