Belahan Jiwa Pejuang Asmara

Edisi: 37/44 / Tanggal : 2015-11-15 / Halaman : 62 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : TIM LAPSUS, ,


DARI balik bingkai kaca dan di antara kepungan keriput, bola mata Sulistina masih berbinar mengisahkan suaminya: Sutomo alias Bung Tomo. Usia 90 tahun tak menghalangi ingatan atas drama, komedi, dan tragedi yang mewarnai kisah kasih mereka sejak awal bertemu hingga akhir. "Dulu saya suka menangis kalau bercerita tentang Bapak. Tapi sekarang enggak," ujar Tien—panggilan akrab Sulistina—yang ditemui Tempo di kediamannya di Kota Wisata Cibubur, Kabupaten Bogor, Jumat tiga pekan lalu.

Cerita bermula pada November 1945. Pidato berapi-api Bung Tomo yang disiarkan di radio menggerakkan hati Sulistina untuk ikut terjun ke medan laga. Ia menjadi satu dari tiga gadis Palang Merah yang berangkat dari Malang menuju Surabaya.

Saat itu Sulistina masih belia, baru 20-an tahun. Namun bekalnya untuk berperang sudah matang. Ia berlatih angkat senjata dan silat serta ikut kursus polisi wanita. Banyak hal dipelajari: dari menghafal nomor pelat mobil hingga membuntuti orang dengan berpura-pura sedang dandan. Sayang, tubuh ramping, kulit putih, dan kemampuan berbicara dalam berbagai bahasa membuat Tien sempat difitnah sebagai mata-mata Belanda. Ia memang mirip tokoh mata-mata wanita ala film Hollywood.

Dalam buku Bung Tomo Suamiku terbitan 1995, di pertempuran Surabaya inilah Bung Tomo berjumpa dengan Sulistina. Sutomo merasa…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…