Kawasan 'Panas' yang Membukakan Mata

Edisi: 02/45 / Tanggal : 2016-03-13 / Halaman : 114 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : TIM LAPSUS, ,


Peristiwa internasional, tempat-tempat yang "panas" di berbagai penjuru dunia, tak pernah luput dari perhatian Tempo. Ada kisah tentang manusia di sana, yang tak jarang terasa absurd. Agar bisa menyaksikan sendiri dan memperoleh cerita dari sumber pertama, sedapat mungkin kami mengirimkan wartawan dari Jakarta untuk meliput langsung.

Dua peristiwa yang sulit diabaikan dalam kurang-lebih lima tahun terakhir adalah perang saudara di Suriah dan persekusi yang dialami kaum Rohingya di Myanmar. Meski masalah di kedua negara itu berbeda, implikasi kemanusiaannya sesungguhnya sama—bahwa rakyat yang tak berdaya menjadi korban permainan kekuasaan.

Perang di Suriah adalah konflik multidimensi dan pelik karena banyaknya pihak yang terlibat langsung ataupun tak langsung. Selain telah menewaskan lebih dari seperempat juta orang, perang ini menyebabkan jutaan rakyat Suriah mengungsi ke negara-negara terdekat ataupun ke negara-negara di Eropa.

Nasib kaum Rohingya terpuruk—mereka menjadi hanya sekumpulan orang buangan, yang jika perlu dimusnahkan—sejak junta militer berkuasa. Kewarganegaraan mereka dinihilkan; mereka dianggap penyusup dari negara tetangga. Kebencian belakangan ditanamkan oleh sekelompok penganut Buddha berpandangan ekstrem. Konflik yang kian tajam menyebabkan sebagian dari kaum Rohingya mengungsi, di antaranya mendarat di Indonesia.

Ke Suriah, melalui Turki, Stefanus Teguh Pramono berangkat pada Oktober 2012 dan meliput selama sebulan. Sedangkan ke Negara Bagian Rakhine, Myanmar, bertolak Purwani Diyah Prabandari pada akhir Mei tahun lalu demi menceritakan tragedi kaum Rohingya. Dua masa yang berbeda, dua kawasan yang berlainan. Tapi mereka membawa pulang kisah yang membukakan mata.

Rabu, 18 Juli 2012, adalah hari yang biasa saja. Setidaknya begitulah di pikiran Stefanus Teguh Pramono saat itu. Bangun tidur, sambil menunggu matahari naik tinggi, ia menghabiskan waktu dengan menelepon seorang kawan. Bersenda gurau sebentar sebelum menenggelamkan diri dalam rutinitas harian.

Biasanya ia berangkat ke kantor Tempo, yang saat itu berada di bilangan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, agak siang. Tiba di sana, ia akan duduk di kubikel abu-abunya di pojokan lantai dua. Kacamata tebalnya bakal berhadapan dengan layar komputer…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…