Rosa Dahlia Pelita Di Lanny Jaya

Edisi: 08/45 / Tanggal : 2016-04-24 / Halaman : 74 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : TIM LAPSUS, ,


TENGAH malam hampir tiba saat lima anak berusia tujuh tahun menumpuk buku di meja yang terletak di tengah ruangan. Di luar masih hujan. Tapi Rosa Dahlia menyuruh anak-anak itu lekas pulang. Guru di Distrik Lualo, Kabupaten Lanny Jaya, Papua, ini khawatir esok hari mereka terlambat datang. "Besok kami akan mandi di mata air," kata Rosa, Jumat dua pekan lalu.

Aktivitas ini menggantikan jadwal menonton film yang semestinya dilakukan setiap Sabtu. Kegiatan itu batal karena laptop Rosa tertinggal di Poga. Jaraknya sekitar tiga jam berjalan kaki dari Lualo. Di tengah musim hujan, tanah lempung yang menghubungkan Poga dan Lualo berubah menjadi lumpur.

Hampir satu tahun alumnus Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, ini menjadi pengajar di sana. Ia bukan guru honorer. Keberadaannya di desa yang masih terisolasi dari listrik itu atas kemauannya sendiri.

Bersama rekannya, Andreas Wahyu, perempuan kelahiran Magelang, Jawa Tengah, ini menyulap bangunan perpustakaan seluas 35 meter persegi menjadi tempat belajar sekaligus tempat tinggal. Itu sebabnya, meski sudah larut malam, perpustakaan tak pernah sepi dari anak-anak. Meski sudah di luar jam sekolah, anak-anak terus berdatangan. "Biasanya datang sejak sore untuk membaca atau sekadar bermain," ujarnya. Tapi Rosa selalu mewanti-wanti, "Kalau mau ke sini di luar jam sekolah, bantu dulu Ibu-Bapak di rumah."

Sebelum mengajar di Lualo, bungsu dari lima bersaudara ini sudah menjadi guru bahasa Indonesia di Poga. Ia lolos seleksi program mengajar sebuah lembaga swadaya masyarakat yang didirikan Yohanes Surya—bekerja sama dengan pemerintah daerah Lanny Jaya. Rosa sempat ditempatkan di Tiom selama satu tahun, lalu pindah ke Sekolah Dasar Inpres Poga setahun berikutnya.

Meski sama-sama di Lanny Jaya, kondisi Poga jauh berbeda dengan Tiom. Selain tak ada listrik, sarana surat-menyurat ke desa yang terletak 80 kilometer dari pusat Kota Wamena ini bisa dibilang tak ada. Situasi itu tak menyurutkan semangat Rosa. Ia lalu mendirikan Honai Pintar Poga, pusat informasi dan belajar masyarakat. Bekerja sama dengan komunitas Satu Buku untuk Indonesia, perempuan 29 tahun ini mendatangkan ratusan buku ke Poga.

Masalah datang pada Juni tahun lalu. Rosa diberhentikan dari tugasnya setelah menghadiri pelatihan guru di Jakarta.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…