Wakil Presiden Jusuf Kalla: Chemistry Saya dengan Presiden Masih Bagus

Edisi: 20/45 / Tanggal : 2016-07-17 / Halaman : 100 / Rubrik : WAW / Penulis : Arif Zulkifli, Sapto Yunus, Martha Warta Silaban


ANGGARAN Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2016 dan Undang-Undang Pengampunan Pajak (tax amnesty) telah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat pada 28 Juni lalu. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan kebijakan pengampunan pajak adalah upaya pemerintah menutup defisit anggaran negara yang telah mencapai 2,48 persen.

Kalla mengatakan krisis ekonomi global mengakibatkan pendapatan nasional turun, termasuk dari pajak. Maka pemerintah memutuskan memangkas anggaran hingga Rp 50 triliun. "Kemudian ada upaya darurat tax amnesty untuk menambal pendapatan pajak," ujarnya.

Ia belum dapat menyatakan optimistis atau pesimistis terhadap kebijakan pengampunan pajak, yang ditargetkan dapat menambah pundi-pundi pemerintah sekitar Rp 165 triliun. Bila target itu tak tercapai dan defisit menembus 3 persen, Kalla menyatakan pemerintah akan membicarakannya dengan DPR karena Undang-Undang Keuangan Negara mengamanatkan defisit tak boleh lebih dari 3 persen dari produk domestik bruto (PDB). "Ya, otomatis solusinya cuma dua: turunkan pembiayaan atau naikkan defisit," kata pria 74 tahun itu.

Di tengah kesibukannya, Kalla menerima wartawan Tempo Arif Zulkifli, Sapto Yunus, Martha Warta Silaban, Widiarsi Agustina, Agus Supriyanto, dan fotografer Imam Sukamto di ruang kerjanya di Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis siang dua pekan lalu. Dalam obrolan sekitar dua jam itu, Kalla menjelaskan banyak hal, dari kondisi keuangan negara, reshuffle kabinet, hingga hubungannya dengan Presiden Joko Widodo. Tak seperti biasanya, Kalla banyak memberikan keterangan off the record.

Seberapa buruk sebetulnya ekonomi kita?

Ekonomi dewasa ini di mana pun tidak bisa lepas lagi dari globalisasi. Yang mempengaruhi ekonomi kita adalah kondisi di Amerika Serikat dan Cina. Memburuknya ekonomi di kedua negara itu mengakibatkan turunnya harga akibat kurangnya permintaan, lalu ekspor kita menurun. Ujungnya, pendapatan nasional kita juga drop karena pendapatan pengusaha turun, lalu pendapatan pajak turun atau tidak bertumbuh. Di dalam negeri, sebenarnya kita sudah membaik. Kita koreksi apa kelemahan kita. Kelemahan kita ada empat. Biaya keuangan kita tinggi, solusinya suku bunga harus diturunkan. Biaya logistik kita tinggi, karena itu infrastruktur harus diper­baiki. Biaya energi tinggi, karena itu kita bangun pembangkit listrik. Birokrasi lambat, karena itu deregulasi. Kita sudah menjawab semua tantangan itu, tapi jumlah yang turun lebih besar daripada rencana kita. Karena itu, solusi singkatnya pemotongan anggaran. Kemudian upaya daruratnya tax amnesty untuk menambal pendapatan pajak. Yang kedua, memasukkan modal.

Anda optimistis tambahan pendapatan Rp 165 triliun lewat tax amnesty itu bisa tercapai?

Ini kan hitung-hitungan. Tentu kita tidak bisa mengatakan optimis atau pesimis. Ini perlu perhitungan teknis berdasarkan data yang ada. Kita juga belum mengetahui faktor apa yang akan mempengaruhi pencapaian target itu. Yang pasti, pengusaha ingin mendapat jaminan dalam penerapan hukum. Jangan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…