Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar:
Ini Metamorfosis Kejahatan dengan Proses Perizinan

Edisi: 29/45 / Tanggal : 2016-09-18 / Halaman : 100 / Rubrik : WAW / Penulis : Martha Warta Silaban, Abdul Manan., Tika Primandari


DUA pekan belakangan menjadi hari-hari supersibuk bagi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar. Penyebabnya apalagi kalau bukan terjadinya kebakaran hutan dan ditambah adanya percikan peristiwa ikutan yang terkait dengan "agenda" tahunan itu. Setidaknya ada dua kejadian di lapangan yang ikut memanaskan situasi, yakni terjadinya penyanderaan petugas kementeriannya saat memeriksa lahan terbakar milik PT Andika Permata Sawit Lestari (APSL) di Rokan Hulu dan temuan lahan gambut yang diduga baru dibuka oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pulau Padang, Kecamatan Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau.
Siti Nurbaya, 60 tahun, bahkan sempat ditegur Presiden Joko Widodo, yang tengah berada di Cina, agar segera mengatasi kebakaran hutan. Saat itu asapnya pekat menyelimuti di Riau dan sudah masuk ke Singapura.
Penyanderaan terjadi ketika para petugas tengah menyegel lahan yang terbakar di kawasan PT APSL. Mereka dikepung puluhan orang yang mengancam akan membunuh. Massa memaksa mereka menghapus foto dan video pemeriksaan, serta mencabut plang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan PPNS Line. Mereka baru dibebaskan pukul 02.30, lewat negosiasi yang digelar kepolisian. Beruntung, video dari drone, yang merekam stacking alias jalur bakar di lahan yang hangus, lolos dari pemusnahan.
Siti menganggap insiden itu sebagai blessing in disguise. Dia jadi menemukan jawaban dari persoalan asap, yang sampai menutupi Singapura, 25 Agustus lalu. "Pada 23-29 Agustus, ada 164 titik panas di Riau. Bandingkan dengan 688 titik dari Januari sampai Agustus," katanya kepada wartawan Tempo Martha Warta Silaban, Abdul Manan, Tika Pramandari, Mitra Tarigan, Reza Maulana, dan fotografer Aditia Noviansyah, Kamis pekan lalu.
Mantan Sekretaris Jenderal Dewan Perwakilan Daerah ini menerima Tempo selama dua jam di kantornya di Senayan, Jakarta. Wawancara pagi itu diselingi sarapan bersama karena sahibulbait tidak sempat mengisi perut di rumah. Siti Nurbaya juga bercerita tentang modus pembakar hutan, kerja sama dengan kepolisian, dan prediksinya akan bencana asap tahun ini.
Bagaimana penyanderaan itu bisa terjadi?
Pada 27 Agustus, saat sedang meneliti implementasi hutan tanaman rakyat di Kalimantan Selatan, saya menerima panggilan telepon dari ajudan Presiden. Katanya, Bapak (Joko Widodo) marah. "Kenapa masih ada asap? Emang bakar-bakaran sudah gede-gedean? Siapa yang bakar? Regulasinya gimana? Mengendalikan secara hukum gimana?"
Sehari sebelumnya, saya berkomunikasi dengan direktur jenderal bahwa indeks standar pencemaran udara di Riau sudah 90 (angka 51-100 menunjukkan tingkat pencemaran sedang dan 101-199 tidak sehat). Saya katakan hati-hati, hotspot di Rokan Hulu dan Rokan Hilir, Riau, sudah mulai naik.
Pada 28 Agustus pagi, saya terima laporan bahwa di sana semua pekat. Tidak bisa melihat. Hari itu pula saya baca berita bahwa ada masyarakat yang mengungsi di kawasan Bonai, Rokan Hulu. Saya heran, seumur-umur tidak pernah ada pengungsi akibat kebakaran. Pukul 12 malam, saya minta Dirjen Penegakan Hukum Rasio Ridho Sani berangkat ke Riau untuk mengontrol daerah…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…