Perginya Pelopor Perempuan Wartawan

Edisi: 33/45 / Tanggal : 2016-10-16 / Halaman : 123 / Rubrik : OBI / Penulis : Hanna Rambe, ,


KABAR duka itu datang begitu mendadak pada Jumat dua pekan lalu. Melalui sambungan telepon, seorang kawan, Muktiah Mashud, mengabarkan bahwa Herawati Diah meninggal. Saya langsung menangis. Di benak saya terlintas kembali kenangan pertemuan dengan Bu Diahdemikian saya selalu memanggilnyaketika saya diterima bekerja di harian Indonesian Observer pada 1967.

"Mengapa Anda ingin jadi wartawan?" tanya seorang wanita yang kelihatan sangat tenang kala itu.

"Pertama untuk bepergian gratis. Lalu untuk mampu menuliskan buah pikiran yang layak dibaca umum."

Wanita itu, berkain kebaya warna hijau daun, manggut-manggut.

"Anda suka membaca?"

"Sangat suka, Bu."

"Termasuk bacaan berbahasa Inggris?"

"Ya, Bu."

"Kalau rajin, dapat diterima. Mulai tanggal satu, ya?" katanya.

Kenangan itu tak dapat hilang dari ingatan saya. Saya diterima oleh seorang tokoh wartawan yang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Melukis itu Seperti Makan, Katanya
1994-04-23

Pelukis nashar yang "tiga non" itu meninggal pekan lalu. tampaknya sikap hidupnya merupakan akibat perjalanan…

P
Pemeran Segala Zaman
1994-04-23

Pemeran pembantu terbaik festival film indonesia 1982 itu meninggal, pekan lalu. ia contoh, seniman rakyat…

M
Mochtar Apin yang Selalu Mencari
1994-01-15

Ia mungkin perupa yang secara konsekuen menerapkan konsep modernisme, selalu mencari yang baru. karena itu,…