Ketua Umum Pssi Edy Rahmayadi: Kami Mulai Dari Minus
Edisi: 40/45 / Tanggal : 2016-12-04 / Halaman : 116 / Rubrik : WAW / Penulis : Sapto Yunus, Raymundus Rikang, Rina Widiastuti,
DI pundak Letnan Jenderal Tentara Nasional Indonesia Edy Rahmayadi, harapan pencinta sepak bola nasional kini bertumpu. Masyarakat berharap Edy, yang terpilih sebagai Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia dalam kongres 10 November lalu, mampu membereskan karut-marut persepakbolaan Tanah Air.
Edy menghadapi banyak persoalan untuk mewujudkan harapan tersebut. Apalagi PSSI belum lama bebas dari sanksi yang dijatuhkan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA). "PSSI sekarang enggak mulai dari nol, tapi minus," kata Edy, 55 tahun.
Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat itu mengatakan akan mengawali kerjanya dengan mereformasi organisasi, lalu menuntaskan kasus dualisme klub dan membina pemain usia muda. Dengan membina pemain dari usia 15 tahun, mantan kiper PSMS Medan junior ini punya target tim Merah Putih berlaga di Olimpiade 2024. "Insya Allah, bangsa ini mulai bicara di situ," ujarnya.
Selasa pagi pekan lalu, Edy menerima wartawan Tempo Sapto Yunus, Raymundus Rikang, Rina Widiastuti, Indra Wijaya, Reza Maulana, dan fotografer Dhemas Reviyanto di Markas Kostrad, Jakarta Pusat. Selama satu setengah jam, didampingi Wakil Ketua Umum PSSI Joko Driyono, Sekretaris Jenderal Ade Wellington, dan Kepala Penerangan Kostrad Letnan Kolonel Agus Bhakti, Edy berbicara tentang pelbagai persoalan sepak bola nasional, dari harapan Presiden Joko Widodo, membereskan masalah suporter, hingga memberantas suap dan pengaturan skor.
Apa program andalan Anda untuk PSSI?
Pertama ialah program jangka pendek menyiapkan tim nasional yang kuat untuk SEA Games 2017 di Kuala Lumpur serta Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. Tak ada alasan lagi bagi kita untuk gagal di dua ajang itu karena marwah bangsa ini dipertaruhkan. Setidaknya masuk semifinal (Asian Games). Seharusnya kita bisa nomor satu, tapi harus tahu diri.
Kedua ialah program jangka menengah dan panjang dengan membina pemain kelompok umur 15 tahun. Mereka bisa kita andalkan delapan tahun lagi saat Olimpiade 2024. Sebelumnya, ada Pra-Olimpiade pada 2022. Nah, pada masa itu, pemain yang kita bina sekarang sudah produktif. Insya Allah, bangsa ini mulai bicara di situ.
Kenapa target Anda bukan Olimpiade 2020?
Terlalu berat. Pra-Olimpiadenya dimulai 2018. Indonesia belum punya pemain andalan baru. Masih Evan Dimas, Manahati Lestusen, dan mantan timnas U-19. Ada yang mempertanyakan kualitasnya. Jawabannya, mereka adalah yang terbaik dari yang terjelek. Tak banyak pilihan karena pembinaan sepak bola Indonesia sedang berhenti atau dalam kondisi kritis. Perlu diingat, pembinaan usia dini tak bisa instan dan harus berjenjang.
Bukankah sekarang sudah ada kompetisi?
Kompetisi sekarang masih banyak diÃÂikuti pemain senior di atas 35 tahun, seperti Bambang Pamungkas, Cristian Gonzalez, dan Ismed Sofyan. Ini menunjukkan bahwa kualitas pemain muda kita belum cukup.
FIFA memulai pembinaan usia dini di umur 12 tahun dan berjenjang sampai U-23. Mengapa PSSI…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…