Juara ganda putra All England 2017, Marcus Fernaldi Gideon-Kevin Sanjaya Sukamuljo: Kami Bukan Juara Lagi

Edisi: 04/46 / Tanggal : 2017-03-26 / Halaman : 116 / Rubrik : WAW / Penulis : Raymundus Rikang , Reza Maulana ,


KEMENANGAN Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo di All England menjadi penyejuk di tengah seretnya prestasi bulu tangkis Indonesia. Tak hanya menjadi juara, mereka juga mendominasi nomor ganda putra di kejuaraan bulu tangkis tertua dunia yang berlangsung di Birmingham, Inggris, 7-12 Maret lalu, itu.

Sejak babak pertama turnamen super series paling bergengsi itu, Marcus dan Kevin hanya kehilangan satu set ketika bermain rubber game di semifinal melawan pasangan asal Denmark, Mads Conrad Petersen dan Mads Pieler Kolding. Di final, mereka menghentikan Li Junhui dan Liu Yuchen dari Cina dua set langsung, 21-19 dan 21-14. Padahal Marcus dan Kevin memasuki turnamen ini sebagai underdog, meski tahun lalu menjuarai Australia, India, dan Cina Terbuka. "Kami sering dipandang sebelah mata," kata Kevin, 21 tahun.

Menjuarai All England membuat ranking dunia mereka melambung dari peringkat kelima ke posisi puncak. "Kami membuktikan bukan sekadar beruntung saat juara sebelumnya," ujar Marcus, 26 tahun.

Kamis sore pekan lalu, di sela persiapan menghadapi India Terbuka di New Delhi pada 28 Maret-2 April nanti, Marcus dan Kevin menerima wartawan Tempo Raymundus Rikang dan Reza Maulana di Pusat Pelatihan Nasional Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia di Cipayung, Jakarta Timur. Dengan mata masih bengkak karena jetlag, keduanya bercerita tentang banyak hal, dari turnamen All England, pembinaan atlet, hingga bonus kemenangan mereka.

Apa yang membedakan All England dengan tiga turnamen yang pernah kalian taklukkan?

Kevin: All England ini beda kasta. Jadi kami lebih bangga bisa menjadi juara di turnamen itu. Saya rasa semua pemain bulu tangkis bercita-cita menjadi juara di All England.

Setinggi apa tingkatannya dibanding turnamen lain?

Kevin: Olimpiade masih yang paling top. Diikuti Kejuaraan Dunia dan All England. Kemudian Asian Games. Kalau pebulu tangkis Indonesia bisa menjadi juara di semua turnamen itu, bisa dikatakan memiliki gelar komplet. Baru ada satu orang yang meraihnya, Hendra Setiawan. Pemain top lain belum ada yang selengkap dia. Pasti ada yang tidak diraih sampai pensiun. Misalnya Taufik Hidayat, yang belum memenangi All England.

Apakah posisi All England itu karena predikatnya sebagai turnamen yang berlangsung sejak 1899?

Kevin: Ya. Atmosfernya benar-benar beda. Lapangan di sana rasanya beda dengan lapangan di kejuaraan lain. Sewaktu masuk lapangan, hawanya beda. Susah menjelaskannya.

Marcus: All England turnamen akbar, di mana gelanggangnya-Barclaycard Arena berkapasitas 15.800 kursi-adalah yang terbesar untuk penyelenggaraan turnamen badminton. Penontonnya juga selalu penuh. Karena turnamen tertua, jadi dianggap wow kalau bisa juara di sana, meski hadiahnya masih kalah dibanding Indonesia Open.

Apa target yang diberikan pelatih di All England?

Marcus: Tidak secara personal. Coach Herry Iman Pierngadi ingin salah satu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…