Jurnalis bekas Tahanan Guantanamo, Sami Elhag: Saya Masuk Guantanamo Sebagai Wartawan

Edisi: 11/46 / Tanggal : 2017-05-14 / Halaman : 100 / Rubrik : WAW / Penulis : Reza Maulana , Raymundus Rikang,


Hidup SamiElhag berubah sejak 15 Desember 2001 di Chaman, Pakistan. Pada hari terakhir Ramadan itu, juru kamerastasiun televisiAl Jazeeratersebut ditangkaptentara Pakistansaat hendak menyeberangi perbatasan Afganistan untuk meliput perang Amerika Serikat versus Taliban. Petugas lalu menyerahkannya ke pasukan Amerika. Sami, 48 tahun, dituduh sebagai milisi, yang belakangan diketahui sebagai kesalahan identifikasi.

Januari 2002, saat dipenjara di Baghram, di tengah Afganistan, merupakan hari-hari terpanjang dalam hidupnya. Tentara menyebutnya pernah mewawancarai Usamah bin Ladin, target utama Amerika, setelah serangan 11 September, dan memintanya memberitahu posisi pemimpin Al-Qaidahitu. Sami, yang seumur hidup tak pernah bertemu dengan Usamah, tentu saja tidak bisa menjawab.Akibatnya,tiada hari dia lalui tanpa dipukuli, diinjak-injak, dan berbagai bentuk penyiksaan lain. Penganiayaan berlanjut saat dia dipindahkan ke Kandahar, kota di selatan Afganistan yang dekat perbatasan Pakistan."Siksaan psikologis rasanya lebih berat,"ujar wartawan yang selama ini dikenal dengan nama Sami al-Hajj itu.

Sementara Sami dan puluhan tahanan lain diazab di Afganistan, pemerintah George W. Bush menyiapkan kamp tahanan di Pangkalan Angkatan Laut Amerika di Guantanamo, Kuba. Penjara ini khusus untuk"tahanan tingkat tinggi" dalam perang melawan teror. Encep Nurjaman alias Hambali asal Cianjur, Jawa Barat, pentolan Jamaah Islamiyah yang berafiliasi dengan Al-Qaidah, juga mendekam di sana. Sami tiba di Guantanamo pada 13 Juni 2002. Hingga dibebaskan pada 1 Mei 2008, Sami menjalani 130 kali interogasi yang selalu diiringi penganiayaan.

Namun jiwa jurnalisnya tak luntur. Enam tahun di penjara yang tak mengakui Konvensi Jenewa tentang tawanan perang itu, Sami berkomunikasi dengan 90 persen dari 900-an penghuni yang berasal dari 56 negara."Hampir semuanya orang biasa yang tidak punya hubungan apa pun dengan Amerika,"kata pria kelahiran Khartoum, Sudan, yang beralih menjadi warga Qataritu.

Pekan lalu, Samiberada di Jakarta untuk menghadiri Hari Kebebasan Pers Dunia, yang tahun ini perayaannya dipusatkan di Jakarta. Di sela konferensi, dia menerima wartawanTempoReza Maulana dan Raymundus Rikang. Bertutur tentang Guantanamo dan perlindungan jurnalis, wajah Sami boleh dikata tanpa ekspresi. Senyumnya baru terkembang saat melirik laptop yang menayangkan cuplikanhat-trick Cristiano Ronaldo ke gawang Atletico Madriddi Liga Champions Eropa, malam sebelumnya. Sami menjawab pertanyaan Tempo dalam bahasa Arab, yang diterjemahkanKepala BiroAl Jazeera di Indonesia,Sohaib Ali Jassim.

BagaimanaceritanyaAnda ditangkap militer Pakistan?

Al Jazeeramengirim saya meliput perang di Afganistan yang pecah mulai Oktober 2001. Awalnya, saya meliput di Kandahar, sekitar 490 kilometer barat daya Kabul. Setelah kota itu jatuh ke tangan oposisi, saya menepi ke Pakistan. Dua bulan kemudian, saya mencoba masuk lagi melalui Chaman. Namun militer Pakistan menyatakan wartawanAl Jazeeraatas nama Sami harus ditahan. Setelah itu,saya dibawa ke Kandahar, lalu ke Baghram, selanjutnyaditerbangkanke Guantanamo.

Apa dasar mereka menahan Anda?

Tentara Amerika mencari wartawanAl Jazeerabernama Sami, warga Maroko. Namanya mirip, tapi saya warga Sudan. Sami dari Maroko ini pernah mewawancarai Usamah bin Ladin. Dia sudah…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…