Presiden Republik Indonesia Joko Widodo: Saya Sudah Menghitung Semua Risiko

Edisi: 37/46 / Tanggal : 2017-11-12 / Halaman : 98 / Rubrik : WAW / Penulis : Arif Zulkifli,, Anton Aprianto, Istman Musaharun


PRESIDEN Joko Widodo lagi-lagi memilih cara tak lazim saat meresmikan proyek infrastruktur. Ia menunggangi Land Rover Defender County lawas untuk menjajal Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu)-yang sempat mangkrak selama 18 tahun-saat peresmian pada Jumat pekan lalu. Sebelumnya, pada Mei lalu, berjaket tebal tanpa rompi antipeluru, Jokowi menggeber sepeda motor trail menyusuri jalan Trans Papua.

Jalan Tol Becakayu dan Trans Papua adalah dua dari puluhan proyek infrastruktur yang pengerjaannya sempat macet dan lantas dituntaskan Presiden Jokowi. Pada tiga tahun pemerintahannya bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla, sejumlah proyek baru juga mulai dibangun meski dikritik karena tak dibekali perencanaan dan studi yang matang. "Kalau tidak dimulai sekarang, ongkosnya akan semakin mahal," kata Jokowi, 56 tahun.

Ia mengatakan kebijakannya yang ekspansif membangun jalan, bendungan, pelabuhan, dan bandar udara semata-mata demi pemerataan, bukan untuk mengail efek elektoral. Menurut dia, daerah pelosok sudah terlalu lama tak menikmati pembangunan. "Kalau mau berhitung imbal balik politik, ya, membangunnya di Pulau Jawa saja," ujarnya.

Untuk mempercepat pembangunan, Jokowi meneken ratusan peraturan dan instruksi presiden. Alokasi anggaran infrastruktur melonjak dari Rp 177 triliun pada 2014 menjadi Rp 387 triliun pada tahun ini.

Jumat pekan lalu, Jokowi menerima wartawan Tempo Arif Zulkifli, Anton Aprianto, Istman Musaharun, dan Raymundus Rikang di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, untuk sebuah wawancara khusus. Nada bicaranya sering meninggi dan berulang kali penanya dibanting ke meja ketika menyatakan tak suka pada proyek yang melulu berorientasi profit. Tanya-jawab sempat terhenti karena Presiden menunaikan salat. "Salat magrib sebentar ya, barusan sudah emosi," kata Jokowi setelah mendiskusikan plus-minus tol laut.

Mengapa Anda memprioritaskan sektor infrastruktur yang secara kalkulasi politik tak menguntungkan?

Saya sudah menghitung semua risiko ketika memutuskan sebuah kebijakan. Kalau saya mau hitung-hitungan imbal balik politik dan ekonomi, ya, membangun infrastrukturnya di Pulau Jawa saja. Praktis saya tak butuh anggaran banyak bila berfokus di Pulau Jawa. Tinggal membangun koridor ekonomi di bagian utara dan selatan sudah beres. Lebih-lebih keuntungan ekonominya jauh lebih cepat kembali ketimbang membangun infrastruktur di daerah. Namun, setelah blusukan dari Sabang sampai Merauke, saya menyaksikan ketimpangannya sudah sangat parah.

Anda yakin infrastruktur bisa menjadi solusi kesenjangan?

Ini masalah pemerataan dan keadilan. Lagi pula, infrastruktur kita sudah jauh tertinggal dibanding negara tetangga. Infrastruktur adalah fondasi mengatasi problem kesenjangan. Kalau mau cara gampang, tinggal pos anggaran subsidi dan bantuan sosial saja yang dibesarkan sehingga konsumsi menguat, daya beli meningkat, rakyat pun senang. Tapi apa mau cara-cara semacam itu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…