Zuhair Al-shun, Duta Besar Palestina Untuk Indonesia: Rakyat Palestina Di Yerusalem Sampai Kiamat
Edisi: 44/46 / Tanggal : 2017-12-31 / Halaman : 116 / Rubrik : WAW / Penulis : Mahardika Satria Hadi, Angelina Anjar Sawitri, Reza Maulana
KEDUTAAN Besar Palestina mungkin satu-satunya kantor perwakilan negara di Indonesia yang memamerkan foto-foto tragedi. Kecuali kemegahan Masjid Al-Aqsa, ruangan kerja mereka berhiaskan gambar bernuansa suram: nenek yang menangisi bayi, anak balita menatap kosong di bangunan hancur, dan kegiatan belajar-mengajar di reruntuhan sekolah.
Di rumah pinjaman PT Pertamina di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, itulah Zuhair al-Shun, 58 tahun, berkantor. Sejak Presiden Palestina Mahmud Abbas mengutusnya per 23 November lalu, dia hampir tidak punya hari libur. Penyebabnya apa lagi kalau bukan pengakuan Amerika Serikat atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Al-Shun mengatakan Palestina tidak akan merelakan kota dengan populasi 850 ribu jiwa itu berada di tangan Israel. "Kami akan bertahan dan terus berjuang di Al-Quds," katanya. Al-Quds- atau Yang Suci- merupakan sebutan orang Arab untuk Yerusalem, kota suci Yahudi, Kristen, dan Islam. Al-Shun meyakini keadaan negaranya bakal bertambah runyam. Mungkin lebih runyam dari gambar-gambar di dinding kantornya. Empat warga Palestina meninggal dan 172 orang terluka di Gaza dan Tepi Barat saat berunjuk rasa menentang keputusan Presiden Donald Trump tersebut.
Di Jakarta, Al-Shun menghabiskan hari-hari perdananya untuk menggalang dukungan. Sehari dia menghadiri empat-lima acara; hilir-mudik mengarungi kemacetan akut yang dia sebut sebagai pelatih kesabaran. Semua orang yang dia temui, Al-Shun melanjutkan, mendukung perjuangan Palestina. "Ini bukan pujian. Saya tidak menemukan sokongan semurni ini di tempat lain," ujar mantan Duta Besar Palestina untuk Maroko, Ethiopia, dan Bosnia-Herzegovina itu.
Selasa pekan lalu, Al-Shun menerima wartawan Tempo, Mahardika Satria Hadi, Angelina Anjar, dan Reza Maulana, di ruang kerjanya. Al-Shun menjawab dalam bahasa Arab, diterjemahkan oleh Murad Halayqah, anggota staf kedutaan.
1 1 1
Apa reaksi Anda saat menyaksikan pernyataan Presiden Trump soal Yerusalem?
Marah dan kecewa. Saya menontonnya dari siaran televisi di hotel di Jakarta. Sebenarnya, sebelum pernyataan itu muncul, sudah ada dialog dan musyawarah dengan negara-negara Arab, terutama Yordania. Banyak pihak meramalkan Trump akan mengambil keputusan ini. Kami sempat berpikir dia tidak serius.
Bagaimana tanggapan Palestina?
Kami sebagai orang Palestina menolak keputusan Trump. Keputusan ini adalah keputusan yang tidak ada artinya karena melanggar hukum internasional dan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kami melihat keputusan Trump sebagai pengulangan Deklarasi Balfour- dukungan Inggris untuk membentuk tempat tinggal bangsa Yahudi…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…