1991-1992 : Prediksi Suram Dari ...

Edisi: 44/20 / Tanggal : 1990-12-29 / Halaman : 42 / Rubrik : WAW / Penulis :

MOCHTAR Riady tak pernah sepi dari isu-isu besar. Bankir kenamaan ini diberitakan "patah arang" dengan grup Liem Sioe Liong, lalu kemudian disebut-sebut mengidap sakit yang serius. Ketika Tahapan dipecah dalam grup Lippo dan grup BCA, sebagian orang yakin, dengan peristiwa itu, secara resmi putuslah kerja sama Mochtar dengan Liem.

Tapi berita simpang-siur itu tak sedikit pun diacuhkan olehnya. Mochtar, 62 tahun, malah sibuk membenahi cabang-cabang BCA dan Lippobank di daerah. Memang, ia sempat menghadiri pertemuan yang diadakan pengurus Perbanas (Perhimpunan Bank-Bank Nasional Swasta) di Jakarta, 14 Desember silam. Tapi keesokan harinya, ia berkeliling Jawa lagi selama empat hari. Tatkala kembali ke Jakarta, Mochtar siap untuk sebuah wawancara dengan Bambang Aji dari TEMPO.

Bankir bertangan dingin itu mengawali pembicaraan dengan sebuah tinjauan mengenai perkembangan ekonomi Indonesia. "Selama dua tahun terakhir, ekonomi kita mengalami booming," katanya mengawali. "Ini akibat deregulasi. Dari serba proteksi menjadi serba kompetisi. Dengan kompetisi ini, dalam perbankan terjadi supply yang melebihi demand. Tapi di sektor riil sebaliknya. Yang terjadi adalah demand over supply."

Akibatnya bisa dilihat sekarang. Inflasi memanas sehingga Pemerintah perlu meredamnya hingga laju pertumbuhan melambat. Sementara itu, Amerika Serikat mungkin saja mengalami resesi -- yang lunak barangkali. Dampaknya akan menjalar ke Jepang dan negara NIC's, juga ke Indonesia.

Tak bisa dimungkiri, kenaikan harga minyak -- gara-gara krisis Teluk -- akan mempercepat proses resesi ini. Mochtar berpendapat bahwa tahun 1991-1992 merupakan periode yang secara nyata akan ditandai oleh resesi, prediksi yang secara rinci bisa ditelusuri…

Keywords: Mochtar Riady, Liem Sioe Liong, Lippo Group, BCA, Perbanas, Eka Tjipta, James Riady, Antony Salim, Salim Group, 

---

Foto Terkait