PEMERINTAH MENGACAUKAN APRESIASI...

Edisi: 44/20 / Tanggal : 1990-12-29 / Halaman : 80 / Rubrik : WAW / Penulis :

SALIM Said, salah satu ketua Dewan Kesenian Jakarta dan anggota Dewan Film
Nasional, adalah seorang pemerhati seni yang kritis. Doktor lulusan Ohio State
University, AS, dalam bidang politik ini menerbitkan buku Profil Dunia Film
Indonesia, yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Berikut ini
sebagian perbincangan akhir tahunnya dengan wartawan TEMPO Putu Setia dan
Leila S. Chudori.

; Bagaimana Anda melihat prospek seni tahun depan?

; Saya tak melihat sesuatu yang berbeda antara tahun 1990 dan 1991. Tapi ada
satu faktor menarik kalau kita bicara aktivitas kreatif. Tahun 1991 itu kan
satu tahun menjelang pemilu. Pengalaman telah menunjukkan bahwa kewaspadaan
keamanan menjelang pemilu makin tinggi. Jadi, saya agak cemas kalau banyak
aktivitas yang mengalami penundaan.

; Padahal, aktivitas itu kan nggak apa-apa. Masalah ini juga tak bisa
dipisahkan dari pertemuan (para seniman) dengan Pak Domo. Kami sangat
berharap, tahun 1991 itu kegiatan kreativitas akan lebih terbuka. Tentang
hambatan-hambatan yang selama ini kita alami, saya harap sudah ada
understanding dengan pihak keamanan melalui pembicaraan dengan Pak Domo.

; Tapi hambatan lain bisa juga karena tak ada dana. Kita mencatat bahwa ada
satu periode dalam kehidupan Pusat Kesenian Jakarta, saat kegiatan kreativitas
begitu semarak. Ada karya-karya baru, orisinil, dan unik yang lahir. Seniman
seperti Putu Wijaya, Sardono, Arifin, semua berkembang di TIM pada awal tahun
1970-an. Ada dua hal penyebabnya. Pertama, waktu itu intervensi kekuasaan
terhadap kegiatan kreativitas sangat minim, bahkan hampir tidak ada. Ada
kebebasan kreativitas yang dinikmati seniman. Dan seniman pun tidak
menyalahgunakan kepercayaan itu. Mereka tidak menciptakan karya-karya yang…

Keywords: -

---

Foto Terkait