Abad Baru Jepang ; Mangkatnya Sang Tenno Heika

Edisi: 46/18 / Tanggal : 1989-01-14 / Halaman : 22 / Rubrik : LN / Penulis :


DAN Kaisar pun meninggal, pada pukul 6 lewat 33 menit Sabtu pagi pekan lalu. Jepang di akhir pekan itu segera berkabung.

Polisi Kota Metropolitan Tokyo langsung mengerahkan 15 ribu anggotanya untuk menjaga Istana Kaisar Hirohito. Sebuah antisipasi yang tepat. Soalnya, sebagian besar rakyat di negara yang kini bisa dijajarkan dengan negara-negara maju itu ternyata masih menganggap Kaisar mereka pantas dihormati secara tradisi. Sabtu itu tak kurang dari 130.000 orang mendatangi lapangan untuk menyatakan dukacita. Ada yang bersujud ke arah Istana Fukiage. Ada yang membungkuk dan tiba-tiba menangis keras-keras. Yang lain cuma berdiri diam, sementara air mata terus mengalir membasahi pipi.

Esoknya, Ahad, makin banyak orang datang. Menurut perkiraan, tak kurang dari 350.000 warga Tokyo dan sekitarnya memenuhi lapangan. Yang lebih padat terjadi d Senin pekan ini. Suatu antrean manusia yang penuh sesak terlihat sepanjang 1 km, dari stasiun kereta api terdekat menuju ke Istana. Meski dalam tiga hari itu kadang kala hujan mengguyur Tokyo.

Memang, sebagian besar mereka adalah orang-orang di atas 50 tahun, yang rasa keterikatan secara rohani dengan Kaisar mereka yang dulu (dan kini pun sebagian orang masih meyakininya) dianggap keturunan dewa itu masih tebal. Mereka datang dengan pakaian berkabung, hitam-hitam.

Anak-anak muda banyak juga yang datang. Para remaja itu sebagian besar datang bukan terutama untuk mengucapkan dukacita. Mereka ingin menonton orang melakukan harakiri, cara berbela sungkawa menurut tradisi samurai. Namun, sampai Senin pekan ini di lapangan Istana upacara bela sungkawa dengan darah itu tak terjadi.

Kerumunan orang-orang itu memang tak ribut atau bersorak-sorak -- ini yang membedakannya dengan massa penonton pertunjukan musik rock umpamanya. Namun, yang sangat mengesankan bahwa ini adalah gerakan massa berdukacita adalah hadirnya sejumlah pendeta Budha dengan pakaian khas mereka, jubah kuning. Mereka memukul gendang sambil membaca kitab.

Sementara itu, di udara sejumlah helikopter milik beberapa perusahaan pers terbang meliput dan memotret suasana ini.

Jepang secara resmi dan total berkabung selama dua hari. Segera warna-warna mencolok lenyap dari pemandangan, selain bendera Hinomaru, Matahari Terbit, yang dipasang di mana-mana (sebuah toko bendera ludes persediaannya, padahal biasanya dalam setahun dagangannya cuma laku beberapa lembar). Bendera itu dipasang dengan menempelkan secarik pita hitam dan bulatan hitam di ujung tiangnya, tanda berkabung. Kaisar wafat, arti judul di atas.

Hotel-hotel dengan sukarela menghilangkan kemewahan dengan menyingkirkan bunga-bunga berwarna yang biasa menghias lobi, untuk digantikan bunga dukacita, yakni seruni putih. Bunga ini pun jadi laris dan melonjak 200% harganya. Bar-bar yang biasanya penuh sesak jadi kosong.

Semua kegiatan yang menimbulkan bunyi-bunyian pun ikut terhenti. Tak hanya musik. Tapi juga perbaikan gedung, jalan, atau perumahan. Demikian pula dengan TV. Acara hura-hura diganti selama dua hari dengan penayangan acara riwayat dan wafatnya Kaisar tanpa diselingi iklan. Selama dua hari, mungkin tiga, semua stasiun televisi menangguhkan penyiaran iklan. Para penyiarnya tampil dengan pakaian…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Serangan dari Dalam Buat Arafat
1994-05-14

Tugas berat yasser arafat, yang akan masuk daerah pendudukan beberapa hari ini, adalah meredam para…

C
Cinta Damai Onnalah-Ahuva
1994-05-14

Onallah, warga palestina, sepakat menikah dengan wanita yahudi onallah. peristiwa itu diprotes yahudi ortodoks yang…

M
Mandela dan Timnya
1994-05-14

Presiden afrika selatan, mandela, sudah membentuk kabinetnya. dari 27 menteri, 16 orang dari partainya, anc.…