Memperbudak Anak Di Selat Malaka
Edisi: 18/23 / Tanggal : 1993-07-03 / Halaman : 92 / Rubrik : KRI / Penulis : BL
MALAM sudah pukul sepuluh. Sahat Sihotang, 20 tahun, muncul di Terminal Ampelas, Medan. Ia merayu Minus Sihombing, 15 tahun, serta abang-adik, Lungguk, 15 tahun, dan Roy Tampubolon, 14 tahun. Ketiganya adalah penyemir sepatu di terminal tadi, menetap di Desa Ampelas. Mereka diajak Sahat ke Pantailabu.
"Kami dijanjikan kerja dengan gaji Rp 30.000 sebulan, disediakan pondokan, baju, dan makan gratis," kata Lungguk. Dini hari 20 Maret lalu mereka naik bus, setelah Sahat membujuk seorang anak bermarga Sinaga. Di Pantailabu, yang jaraknya 40 kilometer dari Kota Medan, mereka dititipkan di sebuah warung. Lalu Sahat pergi.
Selama menunggu Sahat dua hari, mereka hanya diberi makan sekali. Karena tak tahan kelaparan, Sinaga diam-diam meninggalkan Lungguk. Pada hari ketiga, Sahat muncul dan memboyong mereka yang tinggal ke Selat Malaka.
Berlayar satu jam dengan sampan, mereka tiba di tujuan seperti…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Genta Kematian di Siraituruk
1994-05-14Bentrokan antara kelompok hkbp pimpinan s.a.e. nabanan dan p.w.t. simanjuntak berlanjut di porsea. seorang polisi…
Si Pendiam Itu Tewas di Hutan
1994-05-14Kedua kuping dan mata polisi kehutanan itu dihilangkan. kulit kepalanya dikupas. berkaitan dengan pencurian kayu…
KEBRUTALAN DI TENGAH KITA ; Mengapa Amuk Ramai-Ramai
1994-04-16Kebrutalan massa makin meningkat erat kaitannya dengan masalah sosial dewasa ini. diskusi apa penyebab dan…