PADAMNYA SATU MERCU SUAR
Edisi: 10/19 / Tanggal : 1989-05-06 / Halaman : 76 / Rubrik : OBI / Penulis :
SALAH satu keinginan Yap Thiam Hien adalah meninggal pada saat berada di antara rekan-rekan seperjuangannya. Dan itu terkabul sudah. Pendekar senior dalam bidang hukum dan pembelaan hak asasi ini, Senin pekan silam, mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Santo Agustinus (St. Augustinusklinick) di Veurne, 135 km sebelah barat Brussel, atau 335 km dari Amsterdam. Ia ke sana untuk menghadiri konperensi ke-5 International NGO's Forum on Indonesia (INGI).
Dalam usia 76 tahun, Yap masih mampu menjaga semangatnya untuk selalu terlibat dalam keperluan pembelaan hak asasi. Makanya, ia datang ke pojok Eropa itu, walau kondisinya kurang mendukung. Doktor Vollon, ahli bedah yang menanganinya, menuturkan bahwa pembuluh darah di perut Yap pecah. Dalam diagnosanya bahkan perdarahan telah terjadi saat Yap masih di pesawat. Operasi lalu dilakukan untuk mengatasinya, transfusi darah disalurkan.
Tuhan rupanya berkehendak lain. Jantung Yap melemah, lantas ia tidur tenang selamanya. Ketika itu ia dikelilingi, antara lain, Adnan Buyung Nasution, Ketua LBH Abdul Hakim Garuda Nusantara, Ketua Bina Program Bina Swadaya Marulak Sihombing S.Th., dan Arief Budiman. "Saya kehilangan seorang guru yang sekaligus juga seorang bapak…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Melukis itu Seperti Makan, Katanya
1994-04-23Pelukis nashar yang "tiga non" itu meninggal pekan lalu. tampaknya sikap hidupnya merupakan akibat perjalanan…
Pemeran Segala Zaman
1994-04-23Pemeran pembantu terbaik festival film indonesia 1982 itu meninggal, pekan lalu. ia contoh, seniman rakyat…
Mochtar Apin yang Selalu Mencari
1994-01-15Ia mungkin perupa yang secara konsekuen menerapkan konsep modernisme, selalu mencari yang baru. karena itu,…