Kami Cinta Rentenir

Edisi: 52/17 / Tanggal : 1988-02-27 / Halaman : 82 / Rubrik : KRI / Penulis :


SEMUA sepakat: membengkaknya KAM sampai memilikl sekitar 70 ribu anggota karena lembaga itu menawarkan kredit dengan prosedur yang mudah. Para peminat itu sepertinya tak ambil peduli pada sah atautidaknya KAM. Mereka juga tak pernah mempertanyakan bagaimana kredibilitas Yusup Ongkowidjaja sebenarnya.

Mengapa bisa demikian? "Saya butuh modal," ujar Safrudin, seorang anggota KAM. "Terkatung-katung punya utang ke rentenir yang mencekik itu membuat saya kapok." Ini jawaban yang umum. Siapa yang tak tergiur dengan tawaran pinjaman, tanpa harus menyediakan agunan, yang begitu menggoda?

Ekonom Anwar Nasution melihat, "Muncul dan berkembangnya YKAM merupakan pertanda kelemahan struktural lembaga-lembaga keuangan. Banyak orang yang membutuhkan kredit, tapi lembaga penyuntik dana buat orang kecil sangat kurang."

Orientasi lembaga-lembaga keuangan formal yang tadinya diharapkan, melayani rakyat kecil, seperti BRI, BPD, Bukopin, dan Bank Pasar menurut Anwar - sudah mulai berubah. Mereka lebih suka melayani nasabah skala besar dan menengah. Kalaupun masih melayani kredit-kredit teri, tetap saja ditempuh tata cara yang membikin masyarakat bawah enggan. "Sementara itu, koperasi simpan pinjam belum.tumbuh."

Pusat Penelitian Pembangunan Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada (P3PK UGM), dalam diskusi bulanannya Oktober tahun lalu, membikin kejutan. "Di Temanggung, rentenir dianggap dewa penolong," kata Hudiyanto, yang bersama Handry Imansyah - keduanya peneliti muda P3PK UGM -- mengetengahkan materi diskusi itu. Sebuah penelitian tahun 1986 yang diketuai oleh Prof. Dr. Mubyarto dipakai sebagai dasar.

Ada empat desa di Jawa Tengah yang diteliti. Yakni Desa Babadsari Kecamatan Kutowinangun, Kebumen; Desa Ujung Batu, Jepara; Desa Mranggen Kidul Kecamatan Parakan, Temanggung; dan Desa Wiro Kecamatan Bayat, Klaten. Keseluruhannya melibat 400 responden.

Ketika diminta tanggapannya soal lembaga kredit macam tukang rente, sebagian besar responden menginginkan agar tukang rente tetap beroperasi. Di Ujung Batu, 30 persen responden setuju agar tukang rente dibiarkan ada. Di Babadsari, jumlah setuju lebih besar: 57,1 persen. Sedang di Desa Mranggen Kidul dan Wiro, angka itu bahkan mencapai seratus persen.

Penelitian itu juga mengungkapkan berbagai pendapat masyarakat desa tentang peminjaman uang. Masyarakat Mranggen Kidul 96 persen memilih meminjam uang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

G
Genta Kematian di Siraituruk
1994-05-14

Bentrokan antara kelompok hkbp pimpinan s.a.e. nabanan dan p.w.t. simanjuntak berlanjut di porsea. seorang polisi…

S
Si Pendiam Itu Tewas di Hutan
1994-05-14

Kedua kuping dan mata polisi kehutanan itu dihilangkan. kulit kepalanya dikupas. berkaitan dengan pencurian kayu…

K
KEBRUTALAN DI TENGAH KITA ; Mengapa Amuk Ramai-Ramai
1994-04-16

Kebrutalan massa makin meningkat erat kaitannya dengan masalah sosial dewasa ini. diskusi apa penyebab dan…