Dan Plo Mengakui Israel ...
Edisi: 39/18 / Tanggal : 1988-11-26 / Halaman : 77 / Rubrik : LN / Penulis :
ARAFAT naik ke mimbar. "Bismillaahirrohmaanirrohiim," ia mulai. Lalu pemimpin PLO itu berpidato, dalam bahasa Arab yang terang: "Dewan Nasional Palestina, atas nama rakyat Arab Palestina, dengan ini menyatakan berdirinya negara Palestina di atas tanah kami, Palestina. Ibu kota adalah Al-Qoda Al-Charif (Yerusalem)." Tepuk tangan riuh. Hadirin berdiri dan balon warna-warni dilepaskan di dalam gedung itu. Hari itu, Selasa dinihari pekan lalu, adalah saat yang bersejarah: pemimpin PLO Yasser Arafat mengumumkan sesuatu yang sudah dinantikan-nantikan oleh bangsa yang tak punya lagi tanah air itu.
Lagu kebangsaan Palestina pun dikumandangkan: Bilaadi, Bilaadi (Tanah Airku Tanah Airku). Sebuah bendera dengan segi tiga merah yang dibatasi tiga garis horisontal hitam, putih, dan hijau, perlahan-lahan dikerek. Dan hadirin terharu.
Tapi tidakkah ini sebuah adegan teater semata, yang tak punya efek di dunia kenyataan ? Tentu, semuanya sebenarnya masih simbolis. Upacara itu memang berlangsung di Aljir, ibu kota Aljazair, bukan di sepetak tanah di Gaza atau sebidang bumi di Tepi Barat Sungai Yordan. Tanah air Palestina mereka tetap diduduki Israel. Tetapi dengan segera terlihat bahwa upacara itu bisa mempengaruhi perkembangan Timur Tengah secara baru sama sekali.
Arafat mengumumkan hal penting itu dipuncak acara sidang Dewan Nasional Palestina. Dewan yang dibentuk pada 1964 itu adalah sebuah badan konsultatif yang menjadi badan legislatif tertinggi bagi 5,5 juta Falastiniyyin (orang Palestina) di dunia termasuk 120 ribu yang di Jerman dan 3.000-an yang di Brasil. Badan ini terdiri dari orang Palestina dari segala jenis kecenderungan: ada intelektuil, ada pengusaha, ada muslimin, ada yang Kristen, ada yang atheis, ada yang moderat, dan ada yang suka kekerasan. Anggotanya antara lain pengarang terkenal Prof. Edward Said dari Universitas Columbia dan juga Abu Abbas, orang yang berperan dalam peledakan kapal Achilles Lauro beberapa tahun lalu.
Bahwa hari itu mereka bersatu, setelah bertahun-tahun berkutat tanpa suatu terbosan pun, memang luar biasa.
Pertama-tama yang terasa adalah dampak diplomatik. Setelah bendera Palestina naik, menyusul bendera Aljazair, tanda penghormatan digunakannya negeri itu sebagai tempat parlemen Palestina itu bersidang. Tak lama, di mimbar muncul Menlu Aljazair, Bessaieh Boualem. Di sana ia segera mengumumkan sikap negaranya secara tegas. "Pengakuan dari Republik Aljazair atas negara Palestina yang merdeka adalah sebuah pengakuan total dan sah. Saya harap, negara-negara lain dan masyarakat internasional akan mengikuti langkah Aljazair," katanya.
Yang mengikuti Aljazair dengan cepat berjumlah banyak.
Nampaknya, memang tak mudah untuk…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Serangan dari Dalam Buat Arafat
1994-05-14Tugas berat yasser arafat, yang akan masuk daerah pendudukan beberapa hari ini, adalah meredam para…
Cinta Damai Onnalah-Ahuva
1994-05-14Onallah, warga palestina, sepakat menikah dengan wanita yahudi onallah. peristiwa itu diprotes yahudi ortodoks yang…
Mandela dan Timnya
1994-05-14Presiden afrika selatan, mandela, sudah membentuk kabinetnya. dari 27 menteri, 16 orang dari partainya, anc.…