Dan Arafat Pun Berdiri Di Mimbar
Edisi: 41/18 / Tanggal : 1988-12-10 / Halaman : 68 / Rubrik : LN / Penulis :
KISAH David melawan Goliath terulang lagi di PBB, pekan lalu. Sang Goliath, dalam hal ini, Amerika Serikat, ditumbanglan oleh Yaser Arafat, Ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang kini bisa disebut sebagai juru bicara Negara Palestina.
Pertarungan itu bermula dari kehendak Arafat untuk berbicara dalam Sidang Umum PBB di New York. Sang Goliath, yang memiliki New York, yang merasa lebih kuat, Sabtu dua pekan lalu, menolak permohonan visa Arafat. Alasannya, unsur-unsur PLO terlibat dalam berbagai aksi teror melawan Amerika dan negara-negara lain.
Unsur-unsur PLO yang dimaksud, menurut Menteri Luar Negeri George Shultz, termasuk dua satuan elite. Yakni Force 17, yang bertugas mengawal anggota pimpinan puncak PLO; dan Hawari, yang bertugas melaksanakan operasi-operasi khusus El-Fatah, faksi terbesar dalam PLO. Shultz bahkan menuduh langsung, peledakan sebuah bom mobil dekat hotel tempat menginap Shultz di Jerusalem Maret lalu, dilakukan oleh El-Fatah.
Kasus paling memberatkan, menurut versi pemerintah Amerika, adalah pembajakan kapal Achille Lauro pada 1985. Seorang warga negara Amerika, Leon Klinghoffer, tewas ditembak, dan mayatnya dibuang ke laut oleh pembajak. Menurut intelijen Amerika, kasus itu didalangi oleh Abbu Abas, orang PLO.
Bukan cuma reaksi dunia, yang menganggap sikap AS tak membantu terlaksananya perdamaian di Timur Tengah, tapi dari dalam negeri sendiri muncul kritik. Joseph Harsch, kolumnis kondang dari koran Christian Science Monitor, berpendapat kalau begitu, seharusnya pemerintah Amerika juga menolak visa Pedana Menteri Israel Yitzhak Shamir dan bekas Perdana Menteri Menachem Begin. Dua tokoh itu, menurut Harsch, dipandang dari logika model Shultz, adalah teroris. Begin dan Shamir menghalalkan aksi teror terhadap orang Palestina dan basis-basis militer pemerintah Inggris untuk mendirikan negara Israel. Salah satu contoh, Shamir, tentunya, mengetahui operasi pembantaian tokoh PLO Abu Jihad di Tunisia beberapa waktu lalu. Bahkan, bukan mustahil, dialah yang memerintahkan operasi tersebut.
Lain daripada itu, penolakan AS memberikan visa Arafat, juga melanggar kesepakatan PBB 1947, yang berbunyi: negara tuan rumah tak berhak mengintervensi kehadiran undangan atau tamu resmi lembaga dunia itu. Kesepakatan itu dibuat ketika PBB mendirikan markas besarnya di New York.
Secara langsung, kebijaksanaan AS justru menyebabkan dunia berpihak kepada Arafat. Soalnya, pihak PLO sudah menunjukkan langkah sangat moderat. Mereka tak lagi bercita-cita menghapus Negara Israel dari muka bumi -- mereka bersedia mengaku adanya Negara Israel. Pihak PLO sepakat, wilayah Negara Palestina hanya meliputi Jalur Gaza dan Tepi Barat, dengan ibu kotanya Yerusalem.
Dalam kasus ini bahkan Sekretaris…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Serangan dari Dalam Buat Arafat
1994-05-14Tugas berat yasser arafat, yang akan masuk daerah pendudukan beberapa hari ini, adalah meredam para…
Cinta Damai Onnalah-Ahuva
1994-05-14Onallah, warga palestina, sepakat menikah dengan wanita yahudi onallah. peristiwa itu diprotes yahudi ortodoks yang…
Mandela dan Timnya
1994-05-14Presiden afrika selatan, mandela, sudah membentuk kabinetnya. dari 27 menteri, 16 orang dari partainya, anc.…