"beri Kami Demokrasi" ; Demi Demokrasi, Pembaruan Dan ...
Edisi: 45/16 / Tanggal : 1987-01-03 / Halaman : 16 / Rubrik : LN / Penulis :
DI Universitas Beijing, hujan salju turun bersama "badai demokrasi". Sejak tiga minggu berselang, badai dalam bentuk demonstrasi mahasiswa itu bertiup dari tenggara (Heifei) ke utara (Beijing), lalu meluncur ke selatan (Shanghai), terakhir, Ahad silam, berbelok ke timur (Nanjing).
Sudah 10 kota diusik berbagai aksi yang, tampaknya, kalau dibiarkan bisa menjadi anarki. Orang tidak lagi melihatnya sebagai keresahan sosial, tapi condong mempersamakannya dengan bom waktu yang timernya tidak jelas berada di tangan siapa. Banyak pengamat bertanya-tanya, adakah ini awal sebuah "Revolusi Kebudayaan" model baru. Apakah akan terjadi chaos berkepanjangan seperti yang digerakkan Mao Zedong 20 tahun lampau, manakala gejolak Pengawal Merah terpaksa ditumpas oleh Tentara Rakyat?
Dewasa ini, di Cina memang tersedia lebih banyak pertanyaan ketimbang jawaban. Toleransi pemerintah tak ubahnya jalan bebas hambatan tempat mahasiswa leluasa mencerca penguasa dan birokrasi seraya memuja demokrasi. Mereka tak luput mengecam berbagai hal, mulai dari makanan kantin, sistem ujian, kebebasan pers, sampai Zhongguo Gongchang Dang alias PKC (Partai Komunis Cina). Kantor berita UPI melaporkan di Beijing, Minggu baru lalu, bahwa mahasiswa memasang dua poster bernada anti-PKC dan antipemerintah. Yang satu bertuliskan "Kalau kata raja diganti dengan kata PKC, situasi masyarakat sekarang tidak berbeda dari zaman baheula, ketika para kaisar berkuasa". Poster lain menampilkan adu argumentasi tentang demokrasi antara Wakil PM Wan Li dan Wakil Rektor Universitas Sains dan Teknologi Fang Lizhi di Heifei, Provinsi Anhui. Di situ dikutip pernyataan Wan Li bahwa "Demokrasi seharusnya ditawarkan sebagai kebaikan" sesuatu yang dibantah keras oleh mahasiswa Beijing. Menurut mereka, masyarakat Cina bukan lagi ditegakkan oleh hubungan antara majikan dan budak. Karena itu, tidak ada yang perlu ditawarkan atau dianugerahkan.
Kecaman terbuka seperti itu merupakan suatu hal yang luar biasa. Namun, sebenarnya, mahasiswa hanya meneruskan apa yang dilakukan Fang Lizhi di Hefei, dalam sebuah diskusi dengan Wan Li. Menurut Kyodo, Wan Li meminta pimpinan universitas memperketat kontrol mereka terhadap mahasiswa. Permintaan ini ditolak Fang Lizhi. Alasannya: "Universitas adalah mimbar yang bebas dan otonom, demikian pula ilmu pengetahuan." Maka, Fang, sarjana pemberani itu, dianggap otak gerakan mahasiswa, kendati seorang mahasilswa, juga dan Hefei, sudah lebih dulu melancarkan protes. Tapi sasarannya adalah sistem pemilu, bukan pejabat tinggi. Sistem itu tidak memungkinkan dia terpilih sebagai anggota DPRD, karena hanya anggota partai yang ditunjuk PKC-lah yang berhak menjadi wakil rakyat. Dia pun bangkit, menggebrak, dan 3.000 mahasiswa lantas bergerak.
Dari Heifei, aksi protes menjalar ke Beijing, kemudian Shanghai, dan Nanjing. Di Beijing gerakan mahasiswa…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Serangan dari Dalam Buat Arafat
1994-05-14Tugas berat yasser arafat, yang akan masuk daerah pendudukan beberapa hari ini, adalah meredam para…
Cinta Damai Onnalah-Ahuva
1994-05-14Onallah, warga palestina, sepakat menikah dengan wanita yahudi onallah. peristiwa itu diprotes yahudi ortodoks yang…
Mandela dan Timnya
1994-05-14Presiden afrika selatan, mandela, sudah membentuk kabinetnya. dari 27 menteri, 16 orang dari partainya, anc.…