Mengapa Mereka Menggugat

Edisi: 45/16 / Tanggal : 1987-01-03 / Halaman : 18 / Rubrik : LN / Penulis :

SAAT itu menjelang makan siang. Para mahasiswa Universitas Beijing bertaburan keluar asrama, menuju dapur umum. Laki-laki dan perempuan membawa termos dan rantang tempat nasi.

Mereka harus antre di dapur umum untuk mendapatkan jatah makan - mirip kehidupan di barak. Setelah mendapatkan jatah, mereka kembali ke asrama. Sebagian di antaranya hanya mengenakan celana pendek, dan bersandal karet. Asrama mereka, bangunan tua bertingkat yang kurang terawat, terletak dalam kampus yang berjarak sekitar 30 km dari pusat Kota Beijing itu;tampak kusam. Hawa di dalamnya lembap. Udara segar hanya melintas lewat kisi-kisi jendela yang tak terlalu lebar dan berpusar di koridor. Pada malam hari, lampu, yang tidak terlalu benderang, hanya boleh dinyalakan sampai pukul 23.00. "Inilah kondisi kami, akibat Revolusi Kebudayaan yang mengharamkan intelektualisme," kata seorang profesor di situ.

Di masa Revolusi Kebudayaan, pendidikan tinggi dianggap hanya akan melahirkan kaum terpelajar berbau tengik, dan mengancam jalannya revolusi. Maka, para intelektual dikirim ke pedalaman untuk belajar revolusi dari kaum buruh dan petani. Buntutnya memang kepedihan peradaban, seperti kata kaum terpelajar di RRC. Pendidikan porak-peranda. Dibandingkan dengar kehidupan mahasiswa asing, hidup para mahasiswa Cina sangat menderita.

Mahasiswa asing, yang datang antara lain dari Afrika, Jepang, dan Amerika, tinggal d asrama tersendiri, yang terletak kurang dari satu kilometer dari…

Keywords: -

---

Foto Terkait