Hari-hari Keras Cory Di Tengah
Edisi: 50/16 / Tanggal : 1987-02-07 / Halaman : 27 / Rubrik : LN / Penulis :
DI tengah guncangan pemberontakan dan sabotase, plebisit di Filipina berlangsung tegang. Siaga satu berlaku di seluruh negeri, 79 divisi tempur disiapkan di selatan. Rakyat yang mendambakan kestabilan, juga siap memberikan suara. Mereka yang menggunakan hak suaranya ada 20 juta, kurang 5 juta dari jumlah yang diperkirakan semula.
Hasil sementara: 75% lebih menyatakan "ya" bagi konstitusi baru dan kepemimpinan Corazon Aquino. Ini belum merupakan kemenangan mutlak, tapi penghitungan suara cenderung menunjuk ke sana. Agaknya, kemenangan ini bisa dianggap mukjizat kedua bagi Cory. Di tengah kisruh yang dikhawatirkan memuncak pada sebuah perang saudara, plebisit itu sudah berperan sebagai perisai utama. Benar, ada bentrokan kecil di pelosok sana dan sini, tapi bukan perang saudara.
Sepanjang hari Senin, ketika plebisit berlangsung, Manila sepi. Sejak pagi-pagi rakyat sudah melangkahkan kaki ke tempat pemungutan suara. Tidak ada kemacetan lalu lintas; pasar, dan pusat pertokoan sepi. Keramaian di gedung-gedung umum seperti terbunuh. Wartawan TEMPO Ahmed Suriawidjaja dan Bambang Harymurti mencatat bahwa sejak pukul 7.00 pagi Senin pekan ini, semua perhatian dan kegiatan hanya tertuju ke kotak suara. Dua kali pemilu dalam tempo 11 bulan, rupanya, belum membosankan bagi rakyat Filipina.
Atau mungkin juga dalam 11 bulan itu mereka sudah sadar politik, seperti yang dituduhkan bekas Menhan Juan Ponce Enrile. Atau mereka sekedar menjawab imbauan Cory, agar bilang "ya" demi demokrasi. Atau mereka tahu benar makna pepatah lama, yang berbunyi, "Suara rakyat suara Tuhan." Komputer yang menghitung suara pun tidak bisa menjawab pertanyaan ini.
Jawabannya mungkin jauh tersimpan dalam hati setiap orang yang ingin agar kehidupan politik di negeri itu menuju arah yang lebih pasti. Setelah hampir setahun menjalankan konstitusi kemerdekaan, lewat plebisit ini, Presiden Corazon Aquino berusaha membuka lembaran baru, mencarikan arah dan pedoman yang tercakup dalam apa yang disebut sebagai Konstitusi 1986. Ia sejak mula memang tak mau memerintah berdasarkan Konstitusi 1973 yang diselingi keadaan darurat perang, hasil rancangan rezim Ferdinand E. Marcos.
Plebisit yang digunjingkan tak akan sukses itu ternyata menarik minat rakyat. Kerumunan massa terlihat hampir di semua tempat pemungutan suara (TPS). Panitia Pelaksana Plebisit, Comelec, yang memantau 87.000 TPS di seantero Filipina, memastikan, 20 juta rakyat menggunakan hak suaranya.
Cory, sang presiden, pagi awal plebisit itu bertolak ke kampung halamannya, Tarlac, 80 kilometer sebelah utara Manila. Di sana, bersama tiga putrinya, ia memasukkan suara. TPS Tarlac yang menerima suara Cory, sebuah ruangan 6 X 10 meter di sekolah dasar Central Azucarera De Tarlac, kawasan Hacienda Luicita. Sejak pukul 6.00 pagi, TPS itu sudah menanti kedatangannya. Puluhan wartawan dalam dan luar negeri bersiap meliput peristiwa itu, sementara ratusan penduduk sekitar TPS menanti Presiden yang menjadi kebanggaan mereka di halaman sekolah.
Cory tiba pukul 8.47. Berbaju terusan hijau yang dipatutkan dengan kombinasi garis dan kancing hitam, ia turun dari mobil diikuti ketiga putrinya. Seperti biasa, senyuman terlontar dari sudut bibirnya. Tanpa melepas kata apa pun, ia segera mendaftarkan namanya pada panitia. Setelah mengisi formulir, ia langsung memasukkannya ke kotak suara. Cory terdaftar sebagai pemberi suara No. 21 di antara 167 peserta plebisit di TPS Luicita.
Seluruh kejadian hanya berlangsung lima menit. Cory, yang tampak tak berminat bicara, menjawab pertanyaan wartawan sekenanya saja. "Saya hanya mengharapkan hari-hari plebisit berlangsung tenang dan konstitusi baru segera mendapat pengesahan," katanya.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Serangan dari Dalam Buat Arafat
1994-05-14Tugas berat yasser arafat, yang akan masuk daerah pendudukan beberapa hari ini, adalah meredam para…
Cinta Damai Onnalah-Ahuva
1994-05-14Onallah, warga palestina, sepakat menikah dengan wanita yahudi onallah. peristiwa itu diprotes yahudi ortodoks yang…
Mandela dan Timnya
1994-05-14Presiden afrika selatan, mandela, sudah membentuk kabinetnya. dari 27 menteri, 16 orang dari partainya, anc.…