AHMAD SADALI KEMBALI (1924-1987)

Edisi: 30/17 / Tanggal : 1987-09-26 / Halaman : 31 / Rubrik : OBI / Penulis :


ENAM buah bis dan berpuluh mobil bergerak beriring-iring meninggalkan Masjid Salman ITB, Bandung, menuju sebuah makam keluarga Panyingkiran, Garut, pada tengah hari 19 September. Seorang pelukis, guru besar, dan ulama, diantar ke peristirahatan terakhir.

Ahmad Sadali telah menutup mata, hari itu pukul 04.30, di rumahnya. Diperkirakan serangan jantung. "Seorang tokoh yang berhasil memadukan nilai estetika dengan napas agama," kata Rektor ITB, Hariadi P. Soepangkat, kepada seorang wartawan.

Sadali memang demikian, tapi lebih dari itu. Kata Rusyad Nurdin, Ketua Yayasan Masjid Istiqomah dan Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, kepada TEMPO, "ia berusaha hidup damai dengan siapa saja. Tapi sebagai manusia, ada saja pertentangan-pertentangan. Itu soal biasa. Ia dapat dijadikan seorang teman baik."

Ketika dalam paruh kedua abad lalu sekelompok orang meninggalkan Kudus, Jawa Tengah, dan menetap di Garut, Jawa Barat,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Melukis itu Seperti Makan, Katanya
1994-04-23

Pelukis nashar yang "tiga non" itu meninggal pekan lalu. tampaknya sikap hidupnya merupakan akibat perjalanan…

P
Pemeran Segala Zaman
1994-04-23

Pemeran pembantu terbaik festival film indonesia 1982 itu meninggal, pekan lalu. ia contoh, seniman rakyat…

M
Mochtar Apin yang Selalu Mencari
1994-01-15

Ia mungkin perupa yang secara konsekuen menerapkan konsep modernisme, selalu mencari yang baru. karena itu,…