Hujan Emas Tak Kunjung Tiba
Edisi: 48/16 / Tanggal : 1987-01-24 / Halaman : 19 / Rubrik : LN / Penulis :
BANGUNAN setengah jadi di bilangan Ampang, Kuala Lumpur, itu tampak tegar menjulang. Malam itu, dari sebuah kamar darurat yang bercahaya temaram, terdengar suara orang mengaji. Itulah suara H. Abdul Hamid, 50. Empat tahun berada di negeri orang bersama istrinya, keadaan lelaki berusia setengah abad ini tetap tak berubah. Kemiskinan, tak dapat dienyahkannya saat bertolak dari Bangkalan, Madura.
"Sudah tiga bulan saya menganggur," ujar buruh bangunan itu pekan lampau. Perekonomian yang lesu, yang membuat pembangunan tak semeriah beberapa tahun lalu, telah menyodok Hamid dengan telak. Kini tenaganya tak dibutuhkan benar. Maka, hilanglah kesempatan memperoleh penghasilan M$ 17 atau sekitar Rp 10.000 sehari.
Ia kini hidup semata atas kebaikan hati Zuber, 28. Ayah dua anak asal Lamongan, Jawa Timur, ini beruntung masih bisa bekerja sebagai tukang cat, dengan bayaran M$ 23 atau Rp 14.600 sehari. Dialah yang kini menanggung hidup Hamid suami-istri,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Serangan dari Dalam Buat Arafat
1994-05-14Tugas berat yasser arafat, yang akan masuk daerah pendudukan beberapa hari ini, adalah meredam para…
Cinta Damai Onnalah-Ahuva
1994-05-14Onallah, warga palestina, sepakat menikah dengan wanita yahudi onallah. peristiwa itu diprotes yahudi ortodoks yang…
Mandela dan Timnya
1994-05-14Presiden afrika selatan, mandela, sudah membentuk kabinetnya. dari 27 menteri, 16 orang dari partainya, anc.…