Jalan Pintas Ekspor Non-migas
Edisi: 04/16 / Tanggal : 1986-03-22 / Halaman : I / Rubrik : LN / Penulis :
Banyak kendala yang dihadapi ekspor komoditi non-migas. Pacific Trade Center memecahkan sebagian masalah itu dan menyibakkan jalan pintas untuk memasuki pasar Amerika Serikat.
NON-MIGAS. Alangkah merdunya kata itu kini terdengar. Ketika harga minyak bumi terus merosot jatuh dari hari ke hari. Dan kita tak ingin lagi mendengar hal-hal yang membuat nyali kita makin ciut. Cukup sudah sabar menanti perbaikan harga minyak dan peningkatan permintaan. Pada akhirnya, langkah nyata untuk menghasilkan devisa memang tak bisa ditunggu sambil berpangku tangan.
Komoditi non-migas sebenarnya sudah cukup lama naik daun. Dari kemarin dulu hingga sekarang, bicara kita tentang ihwal yang satu ini tampaknya memang lebih banyak daripada hasil yang kita peroleh. Kenyataannya, mengekspor komoditi non-migas memanglah tak semudah membalik telapak tangan.
Menteri Perdagangan Rahmat Saleh dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR bulan Februari yang lalu menyatakan bahwa Pemerintah dewasa ini sedang mempersiapkan bentuk-bentuk bantuan dan fasilitas kepada para eksportir agar dapat bersaing di pasaran luar negeri. Fasilitas itu, dikatakannya, tidak akan bertentangan dengan ketentuan GATT (General Agreement on Tariff and Trade) maupun Codes on Subsidies and Countervailing Duties. Pemerintah Indonesia dalam perjanjiannya dengan Pemerintah Amerika Serikat telah menyetujui untuk berangsur-angsur menghapus macam-macam subsidi ekspor yang diberikan secara langsung kepada eksportir.
Tetapi, mengapa Pemerintah masih harus turun tangan dalam hal ini? Sejak 1970-an Indonesia berkenalan dengan teknologi baru yang cepat mengangkat industri dan produktivitas. Sementara pasar dalam negeri -- karena rendahnya tingkat pendapatan perkapita -- tak mampu menyerap produksi yang terus meningkat, maka pasar luar negeri pun mulai dikembangkan. Ke mana pun pasar dicari. Bahkan sampai ke negeri Cina. Terbatasnya pengalaman memasarkan di pasar internasional, kurang canggihnya metoda pemasaran yang dipakai, serta sering kurang mampunya pengusaha kita memenuhi tuntutan kualitas maupun kuantitas penyerahan barang, merupakan sebagaian faktor yang mengganggu kelancaran ekspor. Ketatnya persaingan di pasar internasional ditambah lagi dengan semangat proteksionisme yang melanda beberapa pasar, merupakan dilema baru bagi pengusaha Indonesia dalam melaksanakan ekspor.
Menyadari adanya kendala-kendala itulah, maka Pemerintah yang juga berkepentingan dalam usaha mendapatkan devisa lalu menawarkan berbagai jenis bantuan. Fasilitas-fasilitas yang tidak bertentangan dengan GATT itu, menurut Rachmat Saleh, adalah: asuransi ekspor, bantuan biaya promosi dan penerobosan pasar, survei pasar, usaha-usaha untuk menemukan pembeli di luar negeri, serta konsultasi manajemen stok dan pengendalian mutu barang ekspor.
Usaha-usaha promosi antara lain telah dilakukan oleh BPEN (Badan Pengembangan Ekspor Nasional) yang mengikutsertakan pengusaha-pengusaha Indonesia dalam berbagai eksibisi dagang internasional. Belum lagi forum-forum dagang yang dipimpin langsung oleh beberapa menteri. Harus juga diperhitungkan peran para atase perdagangan dan 10 pusat promosi perdagangan Indonesia di beberapa pusat pemasaran dunia.
Tetapi, apakah semua itu sudah cukup? Beluuum! Jawab serentak para eksportir. Menteri Rachmat Saleh pun mengundang keikutsertaan swasta. Gubernur Bank Indonesia, Arifin Siregar, juga meminta agar swasta menggali usaha-usaha baru yang bisa dikembangkan untuk menggalakkan eksportir komoditi non-migas.
Mochtar Riady, Chief Executive Director, Bank Central Asia, adalah salah seorang wirausahawan yang dengan cepat menjawab tantangan itu. "Sebelumnya saya sendiri sudah sejak lama mengikuti perkembangan ekspor komoditi non-migas ini, terutama setelah pasaran minyak dan gas bumi melemah sejak 1983," kata Mochtar. "Ketika mempersiapkan pembukaan cabang BCA di New York tahun lalu, saya semakin serius. Dengan imbauan Pak Rachmat Saleh, saya merasa tak perlu menunggu lebih lama."
Pengamatan Mochtar itu sudah bermula sejak 1970-an, ketika Jepang membanjirkan barang-barangnya ke pasar Amerika. Pasar memang cukup lengang ketika itu untuk jenis barang yang dibanjirkan dari Jepang. "Sekarang kita tak dapat lagi melakukan hal semacam itu. Ke sana ke mari kita di cegat kuota," kata Mochtar. "Lalu saya berpikir; sudah waktunya kita beralih dari memproduksi basic items ke produksi yang memanfaatkan value added. Sekalipun tekanannya tetap pada industri yang padat karya, tetapi sebaiknya kita tidak lagi hanya mengekspor jeans yang harganya 50 dolar selusin, melainkan bahkan celana bermutu yang 50 dolar sepotong. Bukan sekadar garment, melainkan high fashion garment."
BCA lalu mendirikan sebuah badan yang diberi nama Pacific Trade Center (PTC) di New York sebagai fasilitator ekspor komoditi non-migas dari Indonesia. "PTC adalah jawaban yang saya temukan setelah mengidentifikasikan seluruh masalahnya secara tuntas, baik dari kepentingan eksportir di Indonesia, maupun dari kepentingan pembeli di Amerika," kata Mochtar Riady.
PTC memang diselenggarakan untuk memasuki dan mengembangkan pasar tunggal -- Amerika Serikat. "Kami sengaja tidak memaksudkannya untuk melayani multi market, " kata Barry G. Lesmana, Marketing Senior Manager PTC. "Dengan fokus pasar Amerika Serikat kami justru mengharap hasil yang lebih mantap ."
Pilihan pasar Amerika Serikat, seperti kata Barry itu, tentu saja adalah pilihan yang cerdik. Dengan penduduk 230 juta dan pendapatan perkapita per tahun sebesar 11.000 dolar, Amerika Serikat praktis merupakan pasar paling potensial di dunia.
"Di samping sistem ekonominya liberal dan terbuka, Amerika Serikat merupakan pasar dengan konfigurasi yang sangat beragam," kata Frans Seda, seorang pengusaha pakaian jadi yang banyak mengekspor ke Amerika Serikat. Konfigurasi pasar yang dimaksud Frans Seda itu adalah banyaknya segmen antara konsumen terkaya…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Serangan dari Dalam Buat Arafat
1994-05-14Tugas berat yasser arafat, yang akan masuk daerah pendudukan beberapa hari ini, adalah meredam para…
Cinta Damai Onnalah-Ahuva
1994-05-14Onallah, warga palestina, sepakat menikah dengan wanita yahudi onallah. peristiwa itu diprotes yahudi ortodoks yang…
Mandela dan Timnya
1994-05-14Presiden afrika selatan, mandela, sudah membentuk kabinetnya. dari 27 menteri, 16 orang dari partainya, anc.…