Keganjilan Di Panggung Yang Riuh

Edisi: 37/23 / Tanggal : 1993-11-13 / Halaman : 99 / Rubrik : TER / Penulis : DEWANTO, NIRWAN


APABILA penonton rajin tertawa, terutama di bagian pertama, dalam pentas Aum oleh Teater Mandiri di Gedung Kesenian Jakarta akhir Oktober lalu, itu niscaya mereka menikmati parodi yang kental tentang rakyat dan penguasa. Apalagi sandiwara yang ditulis Putu Wijaya di tahun 1982 ini menggunakan bahasa jalanan, dialek, bahkan kata-kata yang tak ada artinya. Teater Mandiri membekuk akal sehat, menisbikan dan memain-mainkan pengertian tentang kekuasaan.

Serombongan orang kampung menempuh perjalanan ratusan kilometer untuk mengadu kepada bupati mereka. Mula-mula mereka hanya dapat menemui dua orang hansip, penjaga rumah bupati. Baru kemudian mereka, secara kebetulan, dapat menemui bupati yang tengah lari pagi. Tokoh-tokoh itu mengingatkan kita pada tokoh sehari-hari, tapi mereka sungguh edan jahanam karena menjungkirbalikkan setiap kewajaran.

Selama 70 menit pertama kita menyaksikan olok-olok, umpatan, dan pelesetan. Pendeknya, pembicaraan main-main antara orang-orang kampung, hansip, dan bupati penuh kejutan dan kegilaan. Percakapan antara…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

L
Logika Kartun sebagai Jembatan Komunikasi
1994-04-16

Mungkin teater kami merasa masalah dalam naskah jack hibberd ini asing bagi penonton indonesia, ditempuhlah…

P
Peluit dalam Gelap
1994-04-16

Penulis ionesco meninggal dua pekan lalu. orang yang anti kesewenang-wenangan kekuasaan, semangat yang menjiwai drama-dramanya.

S
Sebuah Hamlet yang Sederhana
1994-02-05

Untuk ketiga kalinya bengkel teater rendra menyuguhkan hamlet, yang menggelinding dengan para pemain yang pas-pasan,…