DIA DI BELAKANG PENONTON

Edisi: 49/12 / Tanggal : 1983-02-05 / Halaman : 27 / Rubrik : SD / Penulis :


SIANG itu Paramount Theatre, salah satu bioskop kelas I di Bandung, masih sepi. Pertunjukan pertama baru dimulai pukul 14.15. Tapi di sebuah ruangan berukuran 5 x 20 meter, di bagian belakang sebelah atas tempat duduk penonton, mulai tampak kesibukan. Di sana ada dua proyektor bikinan Italia, sebuah proyektor untuk slide, kaleng-kaleng gulungan film dari aluminium.

Dua petugas berbenah. Seorang mempersiapkan slide, lainnya memasang rol film pada proyektor. Lampu-lampu proyektor dan peralatan sound system diperiksa. Persiapan itu makan waktu sekitar satu jam, sebelum musik diperdengarkan. Pada saat itulah penonton mulai memasuki ruangan yang berkapasitas 1.000 tempat duduk dan berhawa sejuk karena alat pendingin.

Begitu jarum jam dinding menunjuk angka 14.15, Maman, operator proyektor, mematikan lampu penerang di ruang penonton. Lantas proyektor untuk slide pun dihidupkan. Sepuluh menit kemudian, proyektor lainnya dihidupkan, menghidangkan film ekstra selama 20 menit. Setelah itu diputarlah film utama. "Selama pemutaran film utama itulah kami bisa beristirahat bergantian," ujar Maman, 49 tahun.

Bapak dari empat anak ini mula-mula menjadi pedagang makanan dan minuman kecil di sekitar alun-alun di jantung Kota Bandung. Pertama kali, tahun 1955, menjadi pembantu operator di bioskop Varia, Maman kemudian berpindah-pindah dari bioskop satu ke bioskop lain. Dan sejak akhir tahun lalu ia menjadi operator bioskop kelas I, Paramount Theatre.

Itu sebabnya ia mengenal bermacam-macam merk proyektor. Yang dilayaninya kini proyektor merk Fedi bikinan Italia yang praktis. "Seorang calon operator hanya membutuhkan waktu sebulan untuk mempelajari cara menggunakannya," kata Maman. "Sebab proyektor modern tidak lagi memakai koolspits, melainkan lampu khusus, sebagai sumber cahaya," tambahnya.

Ada dua batang koolspits, positif dan negatif -- arang bakar yang terbuat dari bahan tembaga dan batubara, yang juga disebut cinema carbon. Batangan negatif berukuran 8 x 355 mm, positifnya lebih panjang sedikit. Sepasang berharga Rp 75, sehari rata-rata dibutuhkan sekitar lima pasang. Cahaya pijaran koolspits inilah yang menciptakan warna perak di layar.

Pijaran sumber cahaya itu sangat berbahaya. Selain tingkat panasnya (pada jarak 15 cm dari proyektor…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
DIA DI BELAKANG PENONTON
1983-02-05

Walaupun bisa nonton gratis, penghasilan rata-rata kecil, juga terancam bahaya radiasi.

D
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12

Dengan adanya isu bahwa orang bertato akan diculik jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun, bahkan…

D
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12

Dengan adanya isu orang yang bertato akan dibunuh, jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun bahkan…