Di Atas Garis Kenakalan Remaja
Edisi: 10/13 / Tanggal : 1983-05-07 / Halaman : 68 / Rubrik : KRI / Penulis :
TERJADI di Kabanjahe, Sumatera Utara, suatu malam di bulan April lalu. Tujuh pelajar berusia belasan tahun menjebol brankas Apotek Kimia Farma di kota itu, menggondol 350 butir valium, 3 stetoskop, sebuah rekorder dan uang tunai Rp 700 ribu lebih.
Pencurian itu dimotori Anto, 17 tahun, yang baru seminggu dikeluarkan dari SMP Negeri II. "Ia penyebar kenakalan dan tiap masuk sekolah mulutnya bau minuman keras," kata seorang guru di sekolah itu. Bersenjata linggis, kawanan Anto mendobrak pintu belakang apotek, mulanya mereka hanya menggasak uang Rp 2 ribu dan beberapa kotak pil penenang valium.
Anto rupanya tidak puas. Sejam kemudian ia kembali memimpin kawan-kawannya masuk ke apotek itu lagi. Langsung ke tingkat tiga. Dengan linggis, Anto mendobrak brankas, yang terletak di sudut ruangan. Sabam, 17 tahun, siswa SMP Negeri II membantu dengan palu. Tak sampai setengah jam, brankas buatan lokal itu pun jebol. Berebutlah para penjahat cilik itu meraup uang.
Sabam mengantungi Rp 250 ribu dan Drihen kebagian Rp 200 ribu. Lainnya kebagian Rp 50 ribu. Anto sendiri tampaknya tak begitu ambil pusing soal uang. Ia lebih tertarik pada valium, yang lalu ditelannya sampai teler.
Peristiwa itu baru terbongkar seminggu kemudian, ketika Sabam mendapat kecelakaan sepeda motor. Dokter, yang mengobatinya di rumah sakit, segera menghubungi polisi, karena Sabam memperlihatkan tanda-tanda seperti kebanyakan menelan pil penenang. Hari itu juga ia ditangkap. Temannya, Johni dan Hendra, juga diambil dari sekolah. Sayang Anto, Drihen, Alex dan Mardi keburu lolos dan sampai pekan lalu masih buron.
Kepada polisi, Sabam mengaku bahwa beberapa waktu lalu, bersama Anto ia juga pernah membobol sebuah kios, menyikat 20 potong baju yang langsung dijual. Komandan Kepolisian Kabanjahe, Letkol Pol P. Aruan, hampir-hampir tak percaya pada kasus yang ditanganinya itu. "Kalau mencuri ayam untuk dibikin sate, mungkin masih bisa dimaafkan. Tapi ini . . .?" Aruan membelalakkan mata.
"Mencuri ayam untuk bikin sate", seperti yang dimaafkan Aruan, boleh jadi memang dihitung sebagai "kenakalan" remaja meski formalnya, menurut KUHP, kejahatan juga namanya. Tapi belakangan ini, terlihat dari kasus Kebanjahe atau beberapa lainnya, kenakalan tersebut cenderung meningkat serius. Mungkin hal itu hanya kesan yang tergoda oleh pemberitaan yang dibesar-besarkan saja.
Namun, "gaya hidup" remaja masa kini yang menyolok…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Genta Kematian di Siraituruk
1994-05-14Bentrokan antara kelompok hkbp pimpinan s.a.e. nabanan dan p.w.t. simanjuntak berlanjut di porsea. seorang polisi…
Si Pendiam Itu Tewas di Hutan
1994-05-14Kedua kuping dan mata polisi kehutanan itu dihilangkan. kulit kepalanya dikupas. berkaitan dengan pencurian kayu…
KEBRUTALAN DI TENGAH KITA ; Mengapa Amuk Ramai-Ramai
1994-04-16Kebrutalan massa makin meningkat erat kaitannya dengan masalah sosial dewasa ini. diskusi apa penyebab dan…