MEREKA YANG MENYIAPKAN PAYUNG

Edisi: 18/12 / Tanggal : 1982-07-03 / Halaman : 81 / Rubrik : SD / Penulis :

ORANG yang paling sibuk selama bulan puasa seperti sekarang, tentu saja marbot, orang yang bertugas menjaga kelancaran ibadat sekaligus kerpian masjid. Dialah yang harus menyeru azan tanda berbuka puasa. Dia yang mengatur para jamaah bersembahyang tarawih, bila perlu menyuguhkan berbagai hidangan. Lalu, tatkala tidur belum begitu nyenyak, dia juga harus membangunkan orang-orang di sekitar masjid untuk makan sahur. Kemudian menyiapkan jam-jam tadarusan sampai pagi. Dan merapikan masjid lagi. Dan seterusnya.

Soal berbenah-benah di rumah Tuhan taklah menjadi soal bagi Abdul Hamid, salah seorang dari 18 marbot di Masjid Ampel, Surabaya. Tapi yang selalu terasa berat bagi lelaki berusia 75 tahun ini adalah karena ia juga bertugas sebagai muazzin, penyeru azan, di masjid peninggalan Sunan Ampel itu. Soalnya hanyalah karena napas. Irama azan memaksa napas laki-laki tua itu harus megap-megap setiap kali bertugas.

Tapi nyatanya Hamid selalu bernapas lega setiap habis melakukan tugasnya sebagai muazzin. Menurut ayah dari seorang putri yang telah menjadi apoteker itu, di zaman Nabi, jabatan muazzin justru menjadi rebutan. Memang bukan jabatan basah, tapi menurut Nabi menjadi muazzin adalah pekerjaan yang mulia, karena termasuk "orang yang akan dipayungi Tuhan di hari kemudian."

Itulah rupanya yang mengikat Hamid sejak usia belasan tahun di masjid. Ayahnya memang salah seorang pengurus Masjid Ampel. Tapi putra ke-6 dari delapan bersaudara itu memang lebih rajin datang ke masjid dibanding saudara-saudaranya yang lain. Sampai sekarang. Meskipun penghasilannya sebagai marbot tak lebih dari Rp 25.000 sebulan.

Kunci sebenarnya adalah karena Hamid mempunyai keahlian sebagai tukang sepatu, montir radio, arloji dan berbagai mesin. Waktu-waktu senggang laki-laki…

Keywords: -

---

Foto Terkait