Iran Belum Selesai
Edisi: 48/08 / Tanggal : 1979-01-27 / Halaman : 07 / Rubrik : LN / Penulis :
SUASANA murung meliputi lapangan terbang Teheran, Mehrabad Selasa pekan lalu. Shah yang telah berkuasa 37 tahun itu menitikkan air mata ketika para pengantarnya melepasnya di tangga pesawat. Dua orang pengawal istana malahan menjatuhkan diri ke kaki Shah, yang dengan cepat mengangkat kedua prajurit itu. Perjalanan yang dilakukan dengan alasan kesehatan itu dimulai oleh Shah dengan menerbangkan sendiri pesawat pribadinya, Boeing 727, ke Aswan, Mesir. Dari sana ia akan ke tempat tujuan, Palm Spring, di pantai barat Amerika.
Kantor berita resmi Iran, Pars, mengutip Shah yang menyebut masa kepergiannya akan "tergantung pada keadaan pisiknya." Tapi kebanyakan pengamat politik di Teheran -- bahkan di berbagai penjuru dunia -- yakin keperglan ini merupakan cuti permanennya. "Shah sudah pergi untuk selama-lamanya," teriak gembira penduduk Teheran yang berlarian ke jalan raya beberapa puluh menit setelah Shah tolak landas dari Mehrabad.
Di lapangan terbang, di antara para pengantar, terlihat juga Perdana Menteri Shahpur Bakhtiar serta anggota kabinetnya yang baru saja mendapat dukungan parlemen. "Saya harap pemerintah bisa melakukan perbaikan terhadap kesalahan masa lalu, serta meletakkan landasan bagi masa depan," kata Shah kepada Bakhtiar. Kepada 9 anggota dewan perwalian, yang memegang kedudukan dan kekuasaan raja selama Shah di luar negeri, Shah berpesan agar mereka mempertahankan sistim monarki bagi Iran.
Pesan Shah itu jelas bukan beban ringan bagi Bakhtiar maupun Seyyed Jalal Teherani, ketua Dewan Perwalian. Tiga hari setelah Shah berangkat, hota Teheran dilanda demonstrasi besar-besaran -- terbesar dari demonstrasi sebelumnya -- yang menuntut bubarnya kabinet Bakhtiar dan kembalinya Ayatullah Khomeiny dari pengasingannya di Paris. Beberapa jam setelah Shah pergi, Khomeiny mengirimkan ucapan selamat kepada pengikutnya di Iran seraya menyatakan: "Kepergian Shah bukanlah kemenangan akhir." Langkah Khomeiny selanjutnya? "Membubarkan pemerintahan Bakhtiar dan pemerintahan sementara akan segera dibentuk," kata seorang juru bicara Ayatullah itu di Paris.
Khomeiny menegaskan sikapnya dengan menolak bertemu dengan Seyyed Jalal Teherani yang mau datang ke Paris. "Kecuali kalau ia membawa masaalah lain selain kerja sama dengan Bakhtiar," begitu syaratnya. Ia juga menolak bujukan Presiden Carter agar ia memberi kesempatan kepada kabinet Bakhtiar. "Sah atau tidaknya pemerintahan di Iran tidak tergantung pada Presiden Carter," kata Khomeiny ketus.
Gedung Putih nampaknya berada dalam posisi yang amat sulit, dan tidak bisa berbuat sesuatu untuk mempertahankan Shah Iran, sekutu akrab serta langganan senjata terbesar Amerika Serikat di kawasan itu. "Kami sudah kehilangan pengaruh dan hanya bisa mengikuti arus," kata David Newsom, bekas Dubes Amerika di Lybia dan di Indonesia yang kini menjadi pejabat tinggi Deplu di Washington.
Keberangkatan Shah kali ini berlainan sekali dengan kepergiannya di tahun 1953. Ketika itu Shah juga berada dalam posisi yang amat lemah dan diusir oleh pemerintahan Perdana Menteri Mohammed Mossadegh yang nasionalis. Tapi berkat bantuan dinas rahasia Amerika, CIA, dalam lima hari Shah sudah bisa kembali ke Iran setelah Mossadegh digulingkan. Kini Gedung Putih sendiri yang agaknya ikut meminta Shah pergi etelah tidak melihat jalan lain bagi Shah.
Kenyataan begini inilah yang membuat banyak orang berkesimpulan bahwa Mohammed Reza Pahlavi pekansilam memulai pengasingan permanennya sebagai yang dilakuka/ayahnya -- pendiri dinasti Pahlavi -- pada tahun 1941. Reza Pahlavi yang bersimpati kepada Nazi Jerman, dipaksa memakzulkan diri oleh Sekutu untuk kemudian digantikan oleh puteranya, Mohammad Reza.
Sepintas lalu kepergian Shah belumlah sebuah kekalahan total. Di Iran kini memerintah Perdana Menteri Shahpur Bakhtiar yang diangkat oleh Shah: Tapi kabinet ini tidak mendapat dukungan Front Nasional -- koalisi 5 partai oposisi. Kabinet juga mendapat serangan sengit dari gelombang pengikut Khomeiny. Ia nampaknya tidak akan bertahan lama. Bahkan dua anggota Dewan Perwalian Shah mengundurkan diri, mengikuti seruan Khomeiny.
Bersama dengan Bakhtiar, di Iran memang masih berdiri kukuh tentara yang diperlengkapi dengan senjata moderen. Yang terakhir ini dikenal amat loyal kepada Shah. Tapi baik Shah maupun Gedung Putih nampaknya berhasil menyabarkan tentara untuk tidak melancarkan kudeta. Soalnya tentu, sampai berapa lama mereka bisa bersabar. Meskipun pada…
Keywords: Iran, Ayatullah Khomeini, Shahpur Bakhtiar, Seyyed Jalal Teherani, David Newsom, Mohammed Mossadegh, Mohammed Reza Pahlavi, Deng Xiao-ping, Behrouz Montaami, Khosrow Naraghi, Abbas Hovaida, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Serangan dari Dalam Buat Arafat
1994-05-14Tugas berat yasser arafat, yang akan masuk daerah pendudukan beberapa hari ini, adalah meredam para…
Cinta Damai Onnalah-Ahuva
1994-05-14Onallah, warga palestina, sepakat menikah dengan wanita yahudi onallah. peristiwa itu diprotes yahudi ortodoks yang…
Mandela dan Timnya
1994-05-14Presiden afrika selatan, mandela, sudah membentuk kabinetnya. dari 27 menteri, 16 orang dari partainya, anc.…