DARI TERIAKAN KE PENGHASILAN

Edisi: 10/01 / Tanggal : 1971-05-08 / Halaman : 19 / Rubrik : ILS / Penulis :

TIDAK tjuma Titiek Sandhora jang bermodalkan kerongkongan, tapi
djuga tjalo kendaraan. Hanja profesi di tepi djalan ini tidak
memerlukan bakat besar -- meskipun tetap memerlukan keberanian.
Buat sebagian besar supir bis dan oplet, tjalo-tjalo ibarat
parasit jang mengganggu ketenteraman uang masuk. Kadang-kadang
kalau dirasa perlu -- setelah "Garogol! Garogol!" atau "Mester!
Mester!" -- sang tjalo akan melontjat keatas bis jang sudah
bergerak dan dilakukanlah penuntutan: supaja upah ditambah lagi.

; Itulah sebabnja kondektur bis kota Oloan berkata: "Mereka
bukannja ngebantuin: Setiap kali tereak Rp 5 berarti mengurangi
penghasilan kita. Tapi jah mereka perlu itu, maka kita berilah.
Kita harus hidup saling membantu". Dan karena pemberian itu,
maka profesi tjalo jang konon diperkenalkan pada tahun 1962,
sekarang telah berkembang dengan sangat berisiknja di Djakarta.
Supir bis Ahmad jang mengetahui duduk tjeritanja mengatakan
bahwa waktu itu belum dibangun terminal bis Lapangan Banteng dan
terminal-terminal lainnja. Tiba-tiba beberapa laki-laki --
karena tjalo wanita tidak ada -- menobatkan diri sebagai
sematjam perantara dengan penuh hingar-bingar. Walaupun para
supir tidak memerlukan tjalo untuk teriak-teriak, karena untuk
itu satu kondektur sudah tjukup, tapi para tjalo ikut
berpartisipasi djuga. "Maklumlah mereka perlu uang untuk makan",
kata Ahmad.

; Periuk. Dan karena soal makan itu, terdjadilah matjam-matjam.
Ahmad mentjeritakan bahwa pada mulanja sering terdjadi
pertengkaran antara kondektur dan tjalo-tjalo. "Mereka seperti
memaksa…

Keywords: -

---

Foto Terkait