MASIH AD: ASDRAFI

Edisi: 20/01 / Tanggal : 1971-07-17 / Halaman : 28 / Rubrik : TER / Penulis :

TATKALA W.S. Rendra mulai lagi makan nasi di Jogja, setelah dua
tahun mengunjah roti teater dalam pendidikannja di Amerika,
komentar-komentarnja mendjadi penting. Terutama
komentar-komentarnja dalam soal-soal kebudajaan atau kesenian.
Dalam sebuah diskusi jang diadakan di Gedung Sonobudojo, ia
berkata: "Asdrafi (Akademi Seni Drama & Film Indonesia) hanja
mampu mengeluarkan tukang-tukang!" Komentar ini mendjadi sasaran
keplok tangan para seniman jang terkumpul dalam djumlah puluhan
pada malam itu. Tentu pula ada diantara para hadirin jang
terdiam kaku: mereka ini adalah mahasiswa-mahasiswa Asdrafi jang
hadir djuga malam itu sebagai pendengar. Dalam tempo jang
singkat, bangunlah salah seorang jang terdiam itu, lalu berkata:
Barangkali benar apa jang dikatakan oleh saudara W.S.Rendra,
bahwa Asdrafi hanja mampu mengeluarkan tukang-tukang sadja,
tetapi itu semua djauh lebih baik, daripada tidak ada apa-apa
sama sekali!" Keplok tangan para mahasiswa Asdrafi memburu
djawaban jang tjukup hersiasat itu. Adapun W.S.Rendra, ia hanja
tersenjum manis. "Sukurlah kalau kata-kata saja diterima dengan
pengertian", katanja menguntji persoalan Asdrafi itu.

; Nasib Asdrafi pada masa itu dapat di simpulkan dalam sebuah
ungkapan tua: "Hidup segan mati tak mau". Mahasiswanja
kotjar-katjir. Minat kesenian mereka hampir dapat ditjurigai
sebagai pelarian timbang tersia. Dalam djumlah jang sangat
sedikit, apabila diurus satu per satu akan ternjata alasan
mereka…

Keywords: -

---

Foto Terkait