TENTANG COBLOS

Edisi: 23/01 / Tanggal : 1971-08-07 / Halaman : 20 / Rubrik : ILS / Penulis :

TELUR adjaib Parmusi atau beringin Golkar telah membikin asjik
para tjalon pemilih didaerah, sedang di Djakarta jang lebih
menarik adalah peristiwa itu sendiri, pemilu kedua tahun ke-25
dari republik. Banjaklah kenjataan jang dapat dipungut dan
dikumpulkan sehubungan dengan kegairahan memilih jang timbul
diseantero rakjat ibukota dihari jang "besar" itu. Siti
Badrijah, 93 tahun (lahir di Bogor tahun 1878) ternjata tidak
merasa terlalu tua untuk menunaikan hak pilihnja disalah satu
TPS di Kemayoran. Nenek bungkuk jang menuarut pengakuannja
pernah kaja tapi waktu itu datang bertelandjang dada ketika di
tanja "pilih apa" dengan mudah menjawab:" "Jaah aitu adja
sesudah dua, baru jang ketiganja, NU". Sungguh satu djawaban
lantjar dan pasti jang tidak diduga keluar dari mulut. Maka itu
jang tidak bisa batja tulis. Bagaimana dia tahu apa jang musti
ditoblosnja? "Kan udah diadjari ame gurur ngadji tukas Siti
Badrijah pula. Ada hal jang lumrah kalau guru ngadji menjadi
guru kampanje jang lihai, chud=susnja untuk partai-partai Islam.
Tapi seorang tokoh Golkar menampilkan analisa sedikit lain
mengenai kemenangan NU di Tjengkareng. "Orang banjak menusuk
angka 3 karena ada huruf Arabnja", kata dia. Boleh djadi
pendapat itu benar djuga.

; Sembarangan. Siti Badrijah boleh pertjaja pada sang guru, sedang
Kaisi jang sudah berumur kira-kira 12 tahun ketika Krakatau
meletus tahun 1883, walaupun beragama Islam tapi bersikap tidak
peduli. Matanja sudah sangat kabur, tidak bisa lagi membedakan…

Keywords: -

---

Foto Terkait