Beban Baru Dari Hubungan Tokyo ...
Edisi: 33/02 / Tanggal : 1972-10-21 / Halaman : 10 / Rubrik : LN / Penulis :
TIDAK bisa disangkal, kunjungan Perdana Menteri Tanaka ke Peking
minggu terakhir September yang lalu, merupakan salah satu puncak
peristiwa internasional yang penting tahun ini. Kunjungan yang
disiarkan melalui televisi dari Peking itu sempat di ikuti
seluruhnya oleh Kepala Desk Internasional Salim Said yang sedang
berkunjung ke Jepang. Ditambah dengan hasil-hasil wawancaranya
dengan berbagai tokoh politik dan Universitas Jepang serta
kunjungan singkatnya ke Taipei. Salim Said menurunkan
laporannya:
; SEROMBONGAN wartawan Jepang berdiri tertegun pada ujung jembatan
Marco Polo di luar kota Peking. Pengantar mereka lancar
berbahasa Jepang, dan dengan baik emosionil orang Cina itu
menjelaskan betapa jembatan tersebut berdiri sebagai simbol
kemenangan pahit Tiongkok terhadap militerisme Jepang. Di
sanalah, di tahun 1937, ketika Jepang menduduki daratan Cina,
ribuan orang dibunuh hanya karena pasukan Jepang yang berjaga di
sekitar jembatan itu mendengar tembakan dari fihak tentara Cina.
Rasa bersalah para wartawan itu terutama mereka yang tergolong
generasi tua untungnya tidak perlu berlarut-larut, sebab
pengantar mereka dengan lincah mengutip pidato Chou En Lai yang
menyebut rakyat Jepang juga menjadi korban oleh militerisme
Jepang. Dan ketika mengunjungi sebuah sekolah, biro politik
sekolah itu menjelaskan kepada rombongan wartawan Jepang
tersebut: "Kalau kita tidak bisa membedakan yang mana militeris
Jepang dan yang mana rakyat Jepang, tentu kita tidak bakal
pernah mencapai perdamaian".
; Gerakan ke daratan. Perasaan bcrsalah yang mengganggu wartawan
Jepang yang menyertai Tanaka ke Pcking itu bukannya merupakan
perasaan sepontan yang timbul setelah melihat keterbelakangan
Cina yang dua kali menjadi korban militerisme Jepang. Jauh
sebelum Tanaka berangkat, perasaan macam itu muncul kembali di
permukaan opini Jepang, sehingga secara terbuka Tanaka
berkali-kali mengumumkan niatnya untuk minta maaf terhadap
kesalahan-kesalahan fatal yang telah dilakukan Jepang pada dua
perang terhadap rakjat Cina. Berbarengan dengan permohonan maaf
Tanaka pada pidato pertamanya di Peking tanggal 25 September
yang lalu, TV Jepang juga menyiarkan acara yang mengemukakan
beberapa orang bekas tentara Jepang yang konon merasa
bertanggung-jawab terhadap terbunuhnya sejumlah besar
orang-orang Cina selama perang tersebut, Bukan hanya mohon maaf,
beberapa di antara mereka malahan sempat mencucurkan air mata di
depan kamera TV.
; Tapi agaknya bukan melulu rasa bersalah yang menggoda Tanaka ke
Peking. Ketika Perdana Menteri Ini masih menduduki kursi Menteri
Industri Perdaganan Luar Negeri (MITI) godaan ke Peking sudah
mulai terasa di Tokyo sebagai akibat kunjungan Nixon di bulan
Pebruari yang lalu. Adalah Sato yang berniat pergi, tapi masa
jabataunnya segera habis, dan Peking memang tidak terlalu suka
padanya. Soal suka atau tidak ini nampaknya tidak menjadi
penghalang bagi Partai Liberal Demokrat (LDP) untuk tidak
ketinggalan terhadap- Amerika yang sudah membuka jalan ke
Peking. Maka sebuah missi rahasia - terdiri dari Yoshimi Furui
dan Seiichi Tagawa - berangkat ke Peking di bulan Mei tahun ini.
Kedua orang inilah yang membuka jalan pertama…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Serangan dari Dalam Buat Arafat
1994-05-14Tugas berat yasser arafat, yang akan masuk daerah pendudukan beberapa hari ini, adalah meredam para…
Cinta Damai Onnalah-Ahuva
1994-05-14Onallah, warga palestina, sepakat menikah dengan wanita yahudi onallah. peristiwa itu diprotes yahudi ortodoks yang…
Mandela dan Timnya
1994-05-14Presiden afrika selatan, mandela, sudah membentuk kabinetnya. dari 27 menteri, 16 orang dari partainya, anc.…