BUKAN SANDIWARA KETAWA-KETAWA

Edisi: 33/03 / Tanggal : 1973-10-20 / Halaman : 37 / Rubrik : TER / Penulis :


SEORANG telah menonton sandiwara Arifin C. Noer, Tengul, dua
kali. Orang lain bahkan memerlukan tiga kali datang ke gedung
pertunjukan. Dengan membeli karcis tentu. Apa sebenarnya yang
menarik begitu banyak penonton, yang selama tujuh malam
berturut-turut memenuhi Teater Tertutup Taman Ismail Marzuki
akhir September kemarin? Seorang nyonya muda, berjalan keluar
dari pintu gedung, berkata kepada suaminya: "Saya tadi tertawa
sambil menangis".

; Sudah tentu sang nyonya tidak mewakili seluruh penonton. Memang
boleh dijamin tidak seorang yang tidak tertawa. Tapi untuk
benar-benar menangis, barangkali harus punya lobang airmata yang
cukup longgar. Meskipun mungkin rangsangan sakit yang
diterimanya, katakanlah menyentuh-nyentuh rasa haru. Scorang
perempuan melarat -- di atas panggung -- tenggelam dalam judi
dan menjual seluruh miliknya buat membeli lotre. Sampai-sampai
akhirnya menjual kehormatannya sendiri. Dengan menangis ia
mengangkat kain sarungnya sambil berjalan dan mulutnya
menawarkan: "Kehormatan.... kehormatan....". Maka seluruh gedung
boleh meledak tertawa. Tapi bersama itu mereka pun akan cukup
toleran dan sepakat, membiarkan sebagian penonton menterjemahkan
tawa itu dengan airmata. Dan seterusnya.

; Pintu air mata Mengapa? Sebab walaupun Tengul dipersembahkan
sebagai satu "sandiwara ketawa-ketawa" namun tema yang diangkat
-- yang sangat disukai dan selalu diulang-ulang Arifin -
sekali-kali bukan tema banyolan. Orang-orang melarat tergoda
oleh mimpi-mimpi untuk lepas dari kemelaratan dan meniadi kaya.
Lebih-lebih mereka dicambuk oleh kenyataan adanya lapisan
masyarkat lain yang hidup berkelebihan, dan lain-lain
ketidak-adilan. Dan karena itu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

L
Logika Kartun sebagai Jembatan Komunikasi
1994-04-16

Mungkin teater kami merasa masalah dalam naskah jack hibberd ini asing bagi penonton indonesia, ditempuhlah…

P
Peluit dalam Gelap
1994-04-16

Penulis ionesco meninggal dua pekan lalu. orang yang anti kesewenang-wenangan kekuasaan, semangat yang menjiwai drama-dramanya.

S
Sebuah Hamlet yang Sederhana
1994-02-05

Untuk ketiga kalinya bengkel teater rendra menyuguhkan hamlet, yang menggelinding dengan para pemain yang pas-pasan,…