OBYEK BARU: SUKU TERASING; MENGERLING SUKU TERASING

Edisi: 50/03 / Tanggal : 1974-02-16 / Halaman : 12 / Rubrik : LAPSUS / Penulis :


KALAU hanya soal pakaian, barangkali suatu ketika sulit
dibedakan antara orang-orang jinak serta modern -- atau setengah
maju -- dan orang-orang liar yang masih terasing di hutan-hutan.
Presiden Soekarno dan pejabat-pejabat tinggi Indonesia -- ketika
itu -- mudah saja terkecoh sewaktu Idrus muncul sebagai "raja"
yang mewakili rakyat Kubu, lengkap dengan jas segala. Dari fihak
lain, umpamanya, sulit dibedakan apakah dia pengusaha kaya dari
Pilipina ataukah anggota suku Punan dari Kalimantan yang
kesasar, jika pada suatu senja terlihat dua orang mahluk
bertelanjang bulat mandi-mandi di tepi sungai Mahakam.

; Tetapi barangkali bukan lantaran soal pakaian itu saja sehingga
Departemen Sosial sejak tahun lima-puluhan mulai merintis
memasyarakatkan anggota-anggota Suku Terasing -- sebuah istilah
yang sebelumnya dikenal dengan Suku Terbelakang, Suku Primitif,
Kantong Purba dan sebagainya. Sebab tampaknya percuma para
cerdik-cendekia bertelaah dan berbincang perkara kebudayaan
modern, sementara di sela-sela hutan sana masih berkeliaran
pribumi-pribumi yang liar, lugu dan serba terbelakang -- di luar
bahwa kehidupan begini selalu merangsang orang-orang maju untuk
lebih banyak mengenalnya. Memang bahwa setelah keadaan jumlah
penduduk di sini cukup meledak-ledak dan makin mengkhawatirkan,
mungkin akan terasa lebih afdol untuk mengurusi warga yang sudah
jinak ini saja, daripada berpayah-payah menata kembali sebuah
bentuk kehidupan yang harus dimulai lagi dari urutan pertama.

; 30 Kali Lipat

; Rupanya tidak demikian halnya. Seperti dalam kalimat yang banyak
dikemukakan Presiden Soeharto dan pejabat-pejabat Departemen
Sosial, dalam hal ini yang terpenting adalah "bagaimana
mengikut-sertakan semua orang dalam proses pembangunan". Juga
bagi kelompok-kelompok warganegara yang masih hidup serba
terpencil, terpencil serta terbelakang. Dan ternyata dari
golongan terakhir ini terdiri dari jumlah yang tidak sedikit
apabila menurut catatan Departemen Sosial di tahun 1972 saja
lebih dari 1« juta orang atau 300.000 kepala keluarga (kk) --
termasuk 1 juta lebih yang di Irian Jaya serta tersebar di 15
propinsi. Tidak mustahil jumlah ini akan terus bertambah, sesuai
dengan munculnya wajah-wajah baru anggota-anggota Suku Terasing
yang masih belum banyak terungkapkan. Sebab dari jumlah yang
sempat dikumpulkan di tahun 1966 ternyata telah bertambah
menjadi 30 kali lipat pada 6 tahun kemudian. Pertambahan ini
mungkin karena kelahiran semata-mata, walaupun tidak perlu
dimungkiri bahwa daya tarik kehidupan baru yang telah dikenyam
saudara-saudara mereka terdahulu menyebabkan pula mereka
berbondong-bondong meninggalkan gunung atau lembah yang sepi
itu. Barangkali pula dari sekian puluh suku dan anak suku yang
dikenal sekarang, baru sebagian saja dibanding nama-nama yang
belum ditemukan, walaupun dari yang ada saja Direktorat Jenderal
Bina Karya Depsos sudah cukup repot. Suku-suku dan anak-suku
yang telah ditemukan itu antara lain: Dayak, Kenyah, Punan,
Haloq, Lebu di Kalimantan Tolare, Wana, Kahumamahon, Kaymarangka
Lo'on, Pendau Sca-Sea, Lauje, Toweii, Tajio di Sulavesi Kubu
(Anak Dalam), Sawang. Sapur, Siak, Pa-Aghai (Pagai) di Sumatera,
Waelua di pulau Buru dan seterusnya.

; 7 Tahun

; Dan membenahi orang-orang purba hiNgga menjadi bagian anggota
Masyarakat yang selayaknya, agaknya tidak semudah menangkap
seekor monyet. Lalu memberinya sekedar pakaian, dijinakkan dan
kemudian dilatih bemlain sirkus. Operasi Koteka terhadap
penduduk asli Irian Jaya yang pernah menghebohkan itu, hampir
saja dengan percuma menghabiskan ratusan ribu lembar celana
kolor kalau kemudian tidak disadari bahwa usaha serupa ini pada
dasarnya merombak daya insyaf sang insan dari permukaan paling
dalam dan bukan masalah bercelana atau tidak. Dalam hal
memasyarakatkan Suku-Suku Terasing ini Depsos sendiri berpijak
pada ancang-ancang waktu 7 tahun pengarapan. Yaitu mulai dari
tahan observasi dan survey lalu pembinaan sehingga sampai pada
taraf pengembangan sehingga terbentuk sebuah calon masyarakat
baru pada sebuah tempat yang secara minimal telah memiliki
perlengkapan. Selama Jangka waktu tersebut, untuk 4 tahun
pertama dihabiskan untuk melakukan persiapan fisik sehingga haru
pada 3 tahun berikutnya dilakukan persiapan-persiapan ke arah
terbentuknya suatu sikap dan kelompok baru. Secara agak
terperinci dalam "Pedoman Operasionil…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…