AYO, BERMAIN DENGAN JEPANG

Edisi: 46/03 / Tanggal : 1974-01-19 / Halaman : 40 / Rubrik : LAPSUS / Penulis :


KAKUEI Tanaka yang bertubuh gempal itu mempunyai alasan pribadi
untuk enggan ke Asia Tenggara. Ia tidak tahan berkeringat. Tapi
anak petani Niigata yang kini memimpin Jepang itu terpaksa
melepaskan alasan itu. Dari mereka yang sibuk mengurusi soal
Jakarta-Tokio sudah tentu ia tahu: hubungan Jepang dengan
Indonesia dan Asia Tenggara tak akan baik tanpa ia mencucurkan
keringat.

; Beberapa kejadian mendorongnya ke situ. Jepang yang aman di
bawah payung nuklir Amerika tidak bermimpi tentang seorang
Kissinger yang diam-diam muncul di Peking. Hasil kerja ahli
hubungan internasional dari Harvard ini membawa Presiden Nixon
ke Peking. Dan Jepang merasa sangat terluka. Takut ketinggalan
kereta, Tanaka juga bersalaman dengan Mao Ce-tung di akhir bulan
September 1972. Orang mengira bahwa ketawanya yang lebar di
depan "Bapak" RRT itu mungkin karena ia membayangkan sebuah
pasar besar: ratusan juta pembaca "buku merah" yang bakal
diserbu barang Jepang. Perhitungan kemudian menunjukkan bahwa
bahkan di tahun 1980 nanti, ekspor Jepang ke Cina masih jauh di
bawah jumlah yang terjual ke Asia Tenggara sekarang. Dirjen
Penerangan Deplu Jepang buru-buru keluarkan keterangan:
"Hubungan Jepang-Cina lebih bersifat politis".

; Tak diduga sebelumnya bahwa kunjungan ke RRT, yang lebih
mencerminkan kehendak kaum usahawan (pendudug Tanaka untuk naik
menggantikan Sato pada bulan Juli 1972) hasilnya adalah justru
sebuah politik luar negeri bagi Jepang. Negeri ini sejak lama
cuma asyik mengekor Amerika. Kini saatnya untuk tidak lagi
begitu. Ketika Tanaka masih berada di Peking koran-koran Jepang
terus-menerus menyiarkan rasa cemas Asia Tenggara terhadap
Jepang. Kecaman-kecaman mulai timbul terhadap ekspansi ekonomi
Jepang di Asia Tenggara. Dan kenyataan kawasan ini memang tidak
nampak -- seperti tersisihkan -- di antara gambar Mao dan Tanaka
yang muncul di koran-koran.

; Semangat Bandung Atau Tokio

; Semua itu dengan saksama juga diketahui oleh penduduk Jepang
melalui koran, radio dan tv mereka. Pulang dari Peking, Tanaka
mulai dihadapkan kepada soal Asia Tenggara. Surat kabar
terkemuka Jepang, Mainichi, dalam edisi pertama di bulan
Oktober 1972 menulis di tajuk-rencananya tentang suatu diplomasi
Asia, dalam mana "Asia Tenggara harus mendapat perhatian
Jepang". Beberapa hari sebelumnya, Menteri Perindustrian
Nakasone telah pula muncul. Ia bicara soal gagasan memajukan
hubungan dengan negara-negara Asia, "dengan menghidupkan kembali
semangat Bandung" .

; Semangat Bandung atau semangat Tokio, bagi Tanaka sendiri
nampaknya tak jadi soal. Ia sibuk berdiplomasi ke berbagai
penjuru dunia, tapi Asia Tenggara belum juga mendapat
kunjungan. "Asia Tenggara memang kurang mendapat perhatian
Jepang", kata ahli Asia Tenggara Prof. Toru Yano dari
Universitas Kyoto. Tak mengherankan Tokio sanggup mengorek
banyak untung dari bagian dunia yang lain. Jepang sementara itu
memang punya hak untuk merasa setaraf dengan negeri-negeri besar
dan negeri-negeri maju. Amerika dan Eropa lebih dekat ke
hatinya. Maka para pengusaha mereka datang kemari tanpa perlu
tahu soal-soal yang bisa jadi merepotkan mereka pada suatu hari:
protes kemarahan di Asia Tenggara.

; Hari yang kurang menyenangkan itu nampaknya sudah terbit. Tapi
tidak sepenuhnya karena ketidak-tahuan orang Jepang. Berbagai
sumber mengatakan bahwa kenikmatan bagi orang Jepang di Republik
Indonesia ini memang tak aneh. Masuknya mereka kemari tidak
ruwet. "Hanya sejumlah kecil orang tahu tentang Indonesia…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…